Karya : Kadek Novi Ariyanti
Tahun ajaran baru, sekolah baru. Itu yang selalu dialami Angel menjelang pergantian tahun ajaran. Seolah-olah hadiah kenaikan kelasnya ada berpindah dari satu sekolah ke sekolah lain. Sekolahnya yang sekarang ini adalah sekolah ke-13 yang pernah ditempatinya selama menjadi seorang pelajar. Untungnya Angel tidak pernah pindah sendirian. Sahabatnya, Adit selalu menemaninya. Entah kesepian atau justru suka dengan Angel, tapi Adit selalu mengikuti kemanapun Angel pindah.
Pagi cerah seperti biasa menghiasi langit pagi ini. Cuaca yang bisa dibilang baik untuk memulai kehidupan baru di lingkungan sekolah yang baru juga. Angel sudah berjalan dengan Adit beriringan menuju sekolahnya. Kebetulan rumah yang kini ditinggali Angel tidak jauh dengan sekolah barunya. Perjalanan menuju sekolahnya ditemani oleh canda tawa dan obrolan tidak jelas antara dirinya dan juga Adit.
“Dit, lu ngapain ikut pindah terus sih tiap gue pindah juga?” ungkap Angel di tengah candaan yang dilontarkannya.
“Yee… Biarin dong. Kalau gue gak pindah nanti lo kangen lagi sama gue,” ujar Adit membarengi percakapan Angel.
“Dih! Pede banget lu, siapa juga yang bakalan kangen. Jangan-jangan lu suka lagi sama gue,” candaan yang sudah sering diutarakan Angel ini kembali dilemparkan Angel untuk Adit yang dibalas dengan santai dengan Adit seolah itu jokes harian yang sudah sering dilontarkan satu sama lain.
“Amit-amit gue suka sama lu.”
Candaan demi candaan kembali dilontarkan keduanya. Perjalanan menuju sekolah hari pertama ini dipenuhi gelak tawa sampai-sampai hampir membuat Angel muntah karena tawaan yang tak henti-hentinya sejak 10 menit ke belakang.
Perjalanan 10 menit itu pun terasa sangat cepat. Gerbang sekolah yang terbuka lebar sudah berada di depan pandangan mereka berdua. Baru saja melangkahkan satu kakinya menuju gedung sekolah yang tingginya mencapai tiga tingkatan gedung itu, tatapan mata para pelajar lainnya tertuju pada Angel dan Adit. Perasaan kurang nyaman jelas dirasakan oleh Angel, sedangkan Adit hanya cuek seolah-olah itu hal biasa baginya. Status “anak baru” yang sering didapat Angel sudah pasti menjadi alasan tatapan mata orang-orang disekitarnya itu.
Angel bersama Adit menuju ruang kepala sekolah untuk menginformasikan kedatangannya sebagai murid baru ke sekolah ini. Seorang bapak berumur kurang lebih 40-an tahun dengan kepalanya yang setengah botak di bagian depan menyambut kedatangan mereka berdua. Mereka langsung memperkenalkan diri masing-masing dengan kesopanannya kehadapan kepala sekolah. Di tengah perkenalan, kepala sekolah itu sempat memandangi Angel dari ujung kepala hingga ujung kakinya. Entah apa yang dipikirkannya terhadap Angel pun tidak dapat diterka dan diungkapkan. Apa mungkin Angel nampak aneh dengan baju sekolahnya?
Angel tidak pernah keberatan untuk pindah dari sekolah lamanya karena Angel tidak pernah mempunyai sahabat dekat di sekolah-sekolahnya yang lama. Jika diibaratkan, pindah sekolah bagai nothing to lose untuk Angel. Hal ini disebabkan juga oleh Adit yang bisa dibilang agak “posesif” dengan dirinya. Adit tidak suka jika melihat Angel dekat dengan temannya yang lain. Akan tetapi Angel tidak pernah merasa keberatan akan hal itu. Ia berpikir setidaknya ada satu teman yang menemaninya sepanjang waktu dan itu tidak akan menjadi masalah baginya dikemudian hari.
Sekolah berjalan normal seperti sekolah pada umumnya. Tidak ada kejadian yang terlalu wah untuk diceritakan. Jika pun ada hal yang harus diceritakain, mungkin pandangan siswa lain yang tidak pernah lepas memandang aneh Angel. Angel sudah berbaur dengan teman-temannya lebih dari setengah semester, tetapi tatapan aneh itu tidak pernah hilang dari teman-temannya. Apa karna Adit yang selalu menempel padanya? Orang-orang mungkin saja berpikir dua sejoli ini sebagai pasangan. Akan tetapi, bagi Angel dan Adit, mereka hanyalah sahabat yang sangat dekat.
Kini tiba saatnya. Tugas yang paling dibenci Angel, yaitu tugas kelompok harus dijalankan oleh semua murid di kelasnya. Salah satu hal yang dibencinya adalah pemilihan kelompok yang dibagi oleh guru yang mengajar. Angel dijadikan satu kelompok dengan temannya yang bernama Ratna. Berarti Angel dan Adit dipisahkan dalam project ini. Dua sejoli yang seperti anak kembar ini akhirnya dipisahkan juga oleh yang namanya “tugas kelompok”.
Keduanya telah sepakat untuk melakukan project kelompoknya di rumah Ratna. Tugas Bahasa Inggris tentang percakapan dua orang ini dimulai dari pembuatan skrip. Hening. Aura kecanggungan jelas terasa di antara keduanya. Angel tidak tahu bagaimana cara memulai percakapan karena satu-satunya yang pernah diajaknya mengobrol adalah Adit. Ratna akhirnya memecah keheningan yang sudah terbangun sejak 20 menit ke belakang ini.
“Angel, gimana naskahnya? Pasti lancar dong,” tutur Ratna ingin mengetahui progres yang dibuat Angel.
“Rada ngandet sih ini. Susah ya ternyata bikin percakapan,” ungkap Angel sekalian menyampaikan keluh kesahnya terhadap tugas yang sedang dikerjakannya.
“Loh, aku kira kamu bikinnya bakal lancar. Soalnya kalo aku perhatiin kamu sering banget ngomong sendiri. Aku kira kamu lagi latihan dialog teater atau semacamnya gitu lah,” tatapan heran dilontarkan Ratna saat mengatakannya.
“Aku? Ngomong sendiri? Kapan?” Angel ikut kebingungan dengan pernyatan mendadak yang dilemparkan Ratna.
“Setiap saat. Kamu sering banget ngobrol sendiri di sekolah makannya anak-anak yang lain pada ngeliatin,” Ratna akhirnya memberitahukan Angel alasannya dilihati oleh orang-orang sekolahan.
“Aku ga ngomong sendiri kok, aku ngomong sama Adit. Adit sahabatku,” Angel mengatakannya setengah ngotot meyakinkan Ratna bahwa dirinya tidak berbicara sendirian.
“Adit? Itu siapa? Di kelas kita gaada loh yang namanya Adit-Adit gitu.”
Hening kembali memenuhi ruang belajar di rumah Ratna. Angel berusaha mengembalikan semua akal sehatnya untuk mencerna setiap perkataan yang diucapkan oleh Ratna. Tidak heran mengapa semua orang selalu memandanginya dengan aneh dari sekolah-sekolahnya yang terdahulu. Ia juga terkena masalah karena dianggap penyendiri aneh yang tidak mau bersosialisasi dengan orang lain.
Pikirannya mulai kembali ke alam sadar. Ia melihat sekelilingnya mendapati Adit yang duduk disebelahnya. Kini Angel menyadari bahwa Adit. Hanya teman khayalannya. Ia telah berbicara sendiri sepanjang waktu bagai orang gila karena rasa kesepian yang melanda hatinya ini.