Oleh: Ni Wayan Kusuma Putri
Terkadang kita berbohong demi kebaikan orang lain, akan tetapi yang namanya kebohongan adalah perbuatan yang salah. Walaupun berbohong untuk hal yang baik tetap saja akan berdampak buruk pada akhirnya. Tak hanya merugikan diri sendiri, ini juga bisa merugikan orang lain.
Berbeda dengan Ririn, menurutnya berbohong sangat menguntungkan dirinya sampai saat ini. Gadis itu bahkan menjadi pusat perhatian di sekolahnya. Dia terkenal sangat cantik tapi sayang kecantikannya tertupi oleh sifatnya yang aneh. Dia mengaku kepada semua orang bahwa sifatnya ini telah dia bawa sejak di dalam kandungan ibunya. Dan parahnya semua orang langsung percaya dengan perkataan Ririn padahal kenyataannya jauh berbeda.
Di koridor sekolah..
"HEI!" teriak Ririn di sepanjang koridor. Bukannya menoleh ke belakang justru anak ini tetap melanjutkan langkahnya ke depan. Ririn menghela napas lalu berteriak sekali lagi, "HEI TUNGGU!" Ririn sudah menduga teriakan yang ini pasti akan berhasil, namun sayangnya dugaan dia salah. Anak itu memang berhenti namun dia tidak menoleh ke arah Ririn tapi justru mengeluarkan headset di dalam tasnya.
"Dasar anak setan," batin Ririn.
"AHH SUMPAH ALEX NGESELIN BANGET!" Karena lelah berteriak, Ririn berlari dengan kencang dan menabrak anak itu hingga terjatuh ke bawah. Awalnya Ririn sedikit bingung karena seharusnya anak itu bisa menghindar dan tak akan mudah jatuh ke bawah. Akan tetapi melihat anak itu jatuh membuat Ririn tertawa puas.
Bukannya membantu, Ririn justru mengata-ngatai anak itu. "Asekk.. Ada yang jatuh tuh. Kasihan lantainya, mudah-mudahan ga pecah ya, kalo pecah pasti mahal tuh ganti ruginya," kata Ririn dengan nada mengejek. Anak itu sudah tidak bisa berkata-kata apalagi, bisa-bisanya dia mempunyai sahabat gila seperti Ririn. "Bantuin lah!" ucapnya. Ririn dengan senang hati menjawab "Woke.. eitsss... Tapi bohong."
"Dasar gila," balas anak itu. "Ya elah lek, kamu kan jago olahraga ya kali bangun ga bisa ckckk," ledek Ririn. "lek?”
"JELEK!" teriak Ririn tepat di sebelah anak itu. "Bisa ga kamu gausah rubah-rubah nama aku?!" katanya sedikit kesal.
"Alex, Alex.. Aku tak sejahat itu pada dirimu, aku kan sahabatmu mana mungkin aku memanggilmu dengan sebutan jelek," kata Ririn dengan nada yang mendadak polos namun senyuman jahat itu tidak bisa ia sembunyikan.
"Eits-"
"Tapi boong" kata Alex yang langsung melanjutkan perkataan Ririn. Alex menghela napas lalu membelai kepala Ririn dengan lembut. Ririn terpaku, tidak biasanya Alex bersikap lembut seperti ini. "Kau tahu Rin, aku satu-satunya pria yang beruntung memiliki sahabat sepertimu. Tapi aku juga sedih karena aku tidak bisa menyimpan perasaan yang dalam terhadapmu," kata Alex dengan nada yang terdengar sangat tulus di telinga Ririn.
"Perasaan yang dalam? Maksudnya?" Ririn pura-pura tak mengerti dengan apa yang akan Alex katakan. "Aku tak tau rasa apa itu, tapi sepertinya aku menyukaimu,," ucap Alex. Tanpa sadar pipi Ririn merona mendengar ucapan Alex. Namun selang beberapa detik kemudian terdengar suara tawa yang sangat keras.
"TAPI BOHONG! Hahahaha," kata Alex. Anak itu tertawa sangat puas melebihi tawa keras Ririn. "Ciee ada yang baper nih." Kini giliran Alex yang meledek Ririn. Ingin rasanya memukul Alex saat itu juga.
"Dasar Alex," batin Ririn. Alex mengacak-acak rambut Ririn dan segera mengajak dirinya pulang karena hari sudah mau malam. Tidak baik seorang perempuan pulang kemalaman.