Sinar matahari masuk ke kamarku, menandakan hari sudah siang. Mataku yang setengah terbuka, kembali terpejam dan akhirnya aku kembali tertidur hingga tiga puluh menit lamanya.
Aku terbangun dan kemudian melihat sekelilingku. Tak ada siapa, hanya bunyi jam yang aku dengar. Aku melangkahkan kakiku menuju dapur, kamar orang tuaku, garasi bahkan aku pergi ke kamar mandi. Tapi nihil tak ada siapa-siapa di rumah ini. Benarkah aku ditinggal lagi?
Aku pun mencoba menelpon ayahku tapi tak ada jawaban. Lantas aku mencoba menelpon ibuku namun sama saja tidak ada jawaban. Banyak sekali masalah yang aku hadapi tapi mereka seenaknya meninggalkan ku tanpa pemberitahuan apapun. Meninggalkan aku bersama bibiku. Aku berpikir selama ini mereka menganggap aku apa? Anaknya atau bukan? Rasa kekecewaan yang aku miliki bertambah dan berubah menjadi kebencian.
"Kenapa?" Lirihku dalam keadaan setengah sadar, tak lama aku memejamkan mataku.
Samar-samar aku bisa mendengar suara mama papaku entah itu dalam mimpi atau di kehidupan nyata. Aku sangat merindukan mereka, mereka yang aku sayangi sekaligus mereka yang aku benci. Mereka yang mengajarkan aku arti dari kebencian ini.
"Terra.." panggil mama.
"Ma.." ucapku tak berdaya.
"Jadi anak yang baik" ucap mama.
"Kami pergi dulu" ucap papa sambil mencium keningku.
Mama pun mencium keningku juga dan mengucapkan selamat tinggal.
"Mama tau kamu pasti bisa" ucapan terakhir mama.
Mama papaku berjalan menjauhiku. Aku ingin mengejarnya namun badan ini terasa kaku. Aku merasa seperti patung. Seketika badanku runtuh, aku terjatuh ke tanah dan pandanganku mulai gelap lagi.
Aku terbangun dan melihat bibi yang tertidur di sebelahku. Aku mengingat kejadian tadi dan ternyata itu mimpi. Aku tertawa renyah, namun di dalam hatiku masih tersimpan rasa sakit yang begitu dalam. Bibi pun terbagun karena suara tawaku yang begitu keras. Dia menatapku sayu dan langsung memelukku. Mimpi itu benar-benar terasa nyata.