Rasanya, pulau dewata kian terpuruk. Lonjakan kasus COVID-19 diterima tiada henti. Kabar duka terus berdatangan jadi tamparan keras. Namun, hiruk pikuk aktivitas masyarakat masih tampak jelas. Sadarkah masyarakat akan itu semua?
Hingga Senin (21/9) kemarin, kasus positif COVID-19 di Bali seluruhnya tercatat sebanyak 7.889 orang. Bahkan, 223 pasien di Bali dinyatakan meninggal dunia akibat virus Sars-CoV-2. Kendati sayang, masih ada saja segelintir masyarakat yang berkeliaran di luar rumah tanpa mengindahkan protokol kesehatan. Seolah tak sadar, apabila bukan hanya dirinya yang terancam. Tetapi juga orang-orang yang berada di sekitarnya. Tentu saja, hal tersebut membuat para remaja dirundung kekhawatiran jika terdapat orang-orang di sekelilingnya yang tak mematuhi protokol kesehatan. Semua itu terungkap dari hasil polling yang dilakukan Madyapadma pada Senin (21/9) hingga Selasa (22/9) kepada 100 remaja Denpasar. Dengan karakteristik responden berusia 13 tahun hingga 18 tahun yang mana 23% diantaranya merupakan siswa SMP, 64% merupakan siswa SMA, dan sisanya 13% adalah mahasiswa. Karakteristik responden lainnya yakni 67% perempuan serta 33% laki-laki.
Dengan memanfaatkan google form, tim Madyapadma menggunakan metode acak sederhana dalam survey yang dilakukannya. Hasil survei menunjukkan mayoritas 59% remaja sadar akan lonjakan kasus COVID-19 yang kembali dialami Bali belakangan ini. 38% lainnya bahkan mengaku sangat menyadari hal tersebut. Selaras dengan apa yang disampaikan Ni Komang Cahaya Suteresnawati (16) “Iya, saya menyadarinya, mungkin ini disebabkan karena kurangnya masyarakat dalam mematuhi protokol kesehatan yang baik dan benar,”. Berbanding terbalik dengan 2% juga mengaku tak sadar akan lonjakan kasus yang dialami Bali. Di samping itu, sisanya yakni 1% responden memilih ragu-ragu.
Kendati kasus COVID-19 tengah alami peningkatan belakangan ini, 1% responden tetap berpergian setiap saat. 9% remaja lain juga mengaku kerap pergi ke luar rumah meski telah mengetahui bahwa badai COVID-19 kembali mengganas. Selain itu, 71% remaja mengaku sesekali sempat berpergian ke luar rumah di tengah lonjakan kasus COVID-19. Sementara itu, 16% responden mengutarakan bahwa setelah lonjakan kasus COVID-19 dirinya sama sekali tidak pernah melancong ke luar rumah. “Karena mendengar kabar lonjakan kasus covid 19 ini saya semakin enggan untuk berpergian ke luar rumah, saya hanya pergi jika memiliki keperluan mendesak saja,” aku Ni Made Dian Anjaswari (16). 3% lainnya memilih untuk enggan menjawab.
Bahkan, di tengah badai pandemi tak jarang terlihat orang-orang yang bepergian namun tak memperhatikan protokol kesehatan. Seperti halnya 13% responden bahkan mengaku setiap dirinya ke luar rumah, ada saja masyarakat yang tak mematuhi protokol kesehatan. 26% lainnya juga mengaku kerap melihat orang yang tidak melaksanakan protokol kesehatan. Seperti halya yang dituturkan oleh Cahaya, “Pernah, saya pernah melihat sesekali ada saja orang yang tidak menggunakan masker saat berkendara sepeda motor maupun sekedar berjalan jalan di sekitar di sekitar komplek rumah saya karena berpergian jarak dekat, mungkin ia merasa walau berpergian jarak dekat dan tidak memakai masker tidak akan terkena virus corona, jadi menurut saya untuk mengantisipasi penyebaran virus corona, sebaiknya tetap memakai masker dan protokol kesehatan lainnya walaupun hanya berpergian keluar rumah dengan jarak dekat,”. 51% responden mengungkapkan pernah menemui satu dua orang yang tak mengindahkan protokol kesehatan ketika berada di luar rumah. Sementara itu, angka yang cukup kecil menunjukkan 8% remaja yang selalu melihat orang-orang menaati protokol kesehatan ketika berada di luar rumah.
Menengok kondisi yang tak kunjung membaik, juga beberapa masyarakat yang masih menganggap remeh protokol kesehatan membuat 36% remaja merasa khawatir. Mayoritas 62% responden pun mengaku sangat khawatir jika tengah berada di luar rumah, namun orang-orang di sekelilingnya justru tidak mematuhi protokol kesehatan. Tentu saya merasa khawatir, karena orang-orang yang tidak mematuhi protokol kesehatan kemungkinan besar dapat terkena virus COVID-19 dan menularkannya ke orang-orang sekitar,” kata Dian. Sedangkan, hanya terdapat 1% responden yang tak mengkhawatirkan hal tersebut. Sisanya, sebanyak 1% enggan untuk berpendapat (dyt/scy/ek).