“Ujian Nasional dihapus” merupakan headline yang kini tengah menjamur di berbagai media. Desas-desus dihapusnya ujian nasional ini menimbulkan sorak-sorai dari seluruh kalangan pelajar di Indonesia. Tak ingin kalah, para siswa SMAN 3 Denpasar juga turut menjadikan program ini sebagai topik perbincangan.
Bergantinya posisi Mentri Pendidikaan juga berarti bergantinya program-program dari Mentri sebelumnya. Nadiem Anwar Makarim, B.A., M.B.A., selaku Mentri Pendidikan dan Kebudayan 2019-2024 telah mencanangkan program-programnya. Salah satu programnya yang kini tengah hangat diperbincangkan ialah dihapusnya Ujian Nasional (UN) bagi para pelajar dan digantikan menjadi Asesmen Kompetisi Minimum dan Survei Karakter yang akan diterapkan mulai tahun 2021 mendatang. Selain UN, USBN pula akan dikembalikan kepada esensi UU Sistem Pendidikan Nasional. Selaras dengan apa yang diungkapkan oleh salah satu siswi kelas XI MIPA 2 SMA Negeri 3 Denpasar, Ni Kadek Wid Cahya Paramita (16), dengan dihapusnya ujian nasional beban dari para siswa yang menginjak tingkat akhir pendidikannya akan sedikit berkurang. “Dengan Program ini siswa bisa lebih ringan juga gak akan stress mikirin UN dan gak pusing belajar semua materi dari awal lagi jadi gak akan tertekan,” ungkap siswi yang kerap disapa Mita ini.
Dijalankannya program pendidikan ini banyak menuai dukungan dari masyarakat luas. Banyaknya masyarakat yang kurang menyukai sistem ujian nasional membuat pemerintah semakin yakin untuk menghapus UN. Menurut Putu Puan Maharani (18) yang merupakan salah satu siswi kelas XII di SMA Negeri 3 Denpasar, melalui UN para siswa menjadi dibatasi untuk mengekspresikan kreativitas mereka. “Aku jujur greget sama UN yang cuman ngukur dari modal hafal jadi kita berpikir cuman disitu aja tanpa bisa kita lakuin kreativitas kita sendiri,” terang Puan. Puan juga menambahkan bahwa dengan diterapkannya sistem Asesmen Kompetisi Minimum dan Survei Karakter menjadikan kemampuan siswanya tak hanya sebatas teori, namun kemampuan untuk memecahkan suatu masalah juga dapat diajarkan.
Perubahan yang terjadi tentunya akan menimbulkan efek untuk kedepannya. Sama halnya dengan pendidikan. Digantinya ujian nasional akan lebih banyak menimbulkan pengaruh yang positif jika rencana yang dilakukan secara maksimal. Ditetapkannya pendidikan karakter tentunya akan menuntut karakter agar mampu menjadi Sumber Daya Manusia (SDM) yang dapat diandalkan. “Buat generasi muda tentunya jadi lebih bernalar kreatif inofatif dan tahan banting dengan peradaban di luar Indonesia yang sangat jauh berbeda juga dapat menyelesaikan permasalahan dengan cerdas dan lebih terbuka,” tambah Puan.
Ujian Nasional sebenarnya dapat dijadikan sebagai latihan bagi para siswa namun tidak menuntut keunggulan dari kemampuan siswa di bidang akademik khususnya bagi jenjang pendidikan SMA. Seperti yang diketahui, untuk memasuki jenjang perkuliahan diperlukan tes terlebih dahulu atau yang lebih dikenal dengan SNMPTN untuk menjaring siswa-siswi terbaik. Tes seperti Ujian Nasional sangatlah penting untuk melatih para pelajar untuk lebih siap di jenjang perguruan tinggi. “Ujian Nasional itu bisa kita gunakan sebagai latihan-latihan kayak simulasi gitu khusunya aku yang SMA buat nyari perguruan tinggi itu pasti di tes kan jadi itu bias jadi tahap awal aku buat nyari jenjang yang lebih tinggi,” tutur salah satu siswi kelas X di SMA Negeri 3 Denpasar, Putu Mirah Wahyu Subagia Putri (15).
Semakin berkembangnya program di dunia pendidikan tentunya makin banyak pula harapan yang dipanjatkan. Terutama bagi para pelajar yang sangat membutuhkan pendidikan guna menyiapkan masa depan mereka. Namun semua program akan berhasil jika seluruh pelaksananya memiliki kesadaran untuk mewujudkan program tersebut. “Semoga dengan apapun sistem yang ditetapkan para siswa bisa punya kesadaran sendiri untuk belajar jadi nggak berpengaruh mau ada UN ataupun nggak,” harap Mirah. (krn/dyt)