“Lingkungan menjadi sorotan di mata dunia, yang tak ada habisnya. Segala upaya tentang pelestarian lingkungan, hanya sebatas omong kosong belaka. Ibarat tutup lubang, gali lubang”
Disaat pemerintah sedang gencar-gencarnya menggerakkan pemberantasan sampah plastik, namun terselip sesuatu hal kecil yang mulai dilupakan. Mungkin banyak yang menganggap sampah makanan sebagai suatu hal yang lumrah. Padahal, jika ditelisik lebih dalam lagi, terdapat permasalahan besar dari setiap butir nasi, dan berbagai lauk-pauk yang kita buang setiap harinya. Bayangkan saja, ketika 250 juta jiwa masyarakat Indonesia setiap hari menyisakan sebutir nasi di piringnya, maka akan ada 250 juta butir nasi, yang bila ditotal dapat menghasilkan 5 ton limbah nasi. Padahal, jumlah makanan yang terbuang tersebut dapat memenuhi kebutuhan pangan penduduk miskin dunia yang menderita kelaparan. Namun terkadang kita sebagai makhluk yang merasa selalu tercukupi, tidak pernah memikirkan tentang bagaimana pemerintah, para ahli pertanian dan petani memfokuskan diri untuk dapat memenuhi kebutuhan pangan dunia. Bahkan tak pernah terpikirkan di benak kita, setiap makanan yang kita sisakan ternyata dapat memberi makan banyak manusia di luar sana yang saat ini menderita kelaparan.
Tak hanya tentang realitas sosial yang terjadi pada masyarakat, limbah makanan di tempat pembuangan yang terurai secara anaerobik ternyata akan memunculkan gas metan, gas rumah kaca atau CO2 yang jumlahnya 20 kali lipat lebih berbahaya bagi atmosfer (kompasiana.com). Hal ini berarti setiap makanan yang kita buang ternyata memberi sumbangan yang besar terhadap perubahan iklim dan berbagai kerusakan di bumi ini. Dikala banyak orang berorasi tentang efek rumah kaca, instansi-instansi membentuk pertahanan untuk mendandani lingkungan, tanpa kita sadari kerusakan-kerusakan lingkungan ternyata disebabkan oleh pola-pola kecil yang sering kita lakukan dalam hidup kita. Terlihat simpel memang, namun bila ditelisik lebih dalam lagi, ternyata banyak hal yang akan ditimbulkan dari pola-pola ‘simpel’ tersebut, ibarat tutup lubang gali lubang. Mulai dari sekarang, tanamkanlah kebiasaan pro-lingkungan dari hal-hal kecil seperti tidak menyisakan sedikit pun makanan di piring. Mendandani lingkungan tentu tidak hanya dilakukan dari kegiatan-kegiatan besar. Dengan mengubah gaya hidup saja, kita sudah bisa menjadi sahabat terbaik bagi lingkungan. (anj)