Apa yang akan terjadi di masa mendatang, tentu takkan ada yang tahu. Satu-satunya cara agar bisa melewati rintangan kita, hanyalah dengan mencintai tantangan itu. Seperti yang dilakukan oleh Kadek Ninda Nandita Putri yang telah berhasil menaklukan segala rintangan dalam Ekspedisi Jejak Arkeologi Munduk Juwet (19/01).
Sapaannya Ninda, ia lahir pada 16 Desember 2002. Siapa sangka awalnya keraguan tuk ikut serta dalam ekspedisi sempat menguasai dirinya. Kendati demikian, rupanya tekad kuat yang muncul dari dalam dirinya berhasil mengalahkan keraguannya. Gadis bermata empat itu bertekad untuk melatih fisiknya agar lebih siap dalam ekspedisi. Lantas gadis berzodiak Sagitarius ini berhasil meyakinkan dirinya tuk menjadi tim pesepeda dalam ekspedisi di tahun 2020 ini.
Hari pertama ekspedisi dilaluinya dengan menyusuri gelapnya malam di Munduk Juwet. Medannya cukup berat, jalanannya rusak dan terjal. Satu-satunya jalan menuju lokasi mengharuskan Ninda dan tim pesepeda melewati hutan. Meskipun rasa takut sempat menghantuinya, rupanya setiba di basecamp, kekhawatiran gadis kelahiran Denpasar itu menguap entah kemana. Pemandangan langit malam yang penuh bintang benar-benar membius gadis yang baru saja berumur 17 tahun itu. Ditambah lagi adanya malam keakraban bersama teman-teman ekspedisi. Dinginnya malam tak begitu terasa, sebab di depannya telah ada api unggun yang menebar kehangatan.
Untuk melanjutkan perjalanan, pada Sabtu, 18 Januari 2020, tim pesepeda lantas segera menuju Mongan Homestay. Sayang, tak lama kemudian sepeda yang dikendarai Ninda mengalami masalah. Gigi sepeda yang ia tumpangi tidak berfungsi. “Aku harus bisa lanjut terus biar usahaku susah-susah sampe sini nggak rugi," ujar si pengayuh sepeda untuk meyakinkan dirinya. Karena keinginan kuatnya, gadis berkulit sawo matang itu pun tetap berusaha melaju dengan sepeda yang tidak lagi sempurna itu. Remaja yang tengah duduk di bangku kelas XI SMA ini mulai menyerah ketika sepeda yang dinaikinya tidak bisa diajak bekerja sama lagi. Akhirnya ia memutuskan untuk ikut bersama pick up. Rupanya kesialan yang menimpanya tidak berhenti sampai disana. Homestay yang akan mereka kunjungi tidak kunjung terlihat. “Ternyata lokasinya kelewatan terus kita nanya-nanya sama warga setempat. Kita juga udah panik banget. Tapi akhirnya nemu juga homestaynya,” tutur gadis yang tak pernah bosan bermain game itu.
Meski terdapat banyak rintangan yang menghadang, tak membuat remaja yang tergabung dalam Madyapadma Journalistic Park itu merasa jera. Gadis yang memiliki hobi membaca komik ini tetap bisa menikmati ekspedisi dengan suka cita. Berbagai pengalaman baru didapatnya selama penjelajahan. Hubungannya dengan teman-temannya pun semakin erat. Apa yang dilakukan Ninda demi menyelesaikan perjalanan pada ekspedisi kali ini, harusnya bisa membukakan mata kita bahwa mencintai tantangan dan rintangan yang menghambat juga tak ada salahnya. (pad)
Hari pertama ekspedisi dilaluinya dengan menyusuri gelapnya malam di Munduk Juwet. Medannya cukup berat, jalanannya rusak dan terjal. Satu-satunya jalan menuju lokasi mengharuskan Ninda dan tim pesepeda melewati hutan. Meskipun rasa takut sempat menghantuinya, rupanya setiba di basecamp, kekhawatiran gadis kelahiran Denpasar itu menguap entah kemana. Pemandangan langit malam yang penuh bintang benar-benar membius gadis yang baru saja berumur 17 tahun itu. Ditambah lagi adanya malam keakraban bersama teman-teman ekspedisi. Dinginnya malam tak begitu terasa, sebab di depannya telah ada api unggun yang menebar kehangatan.
Untuk melanjutkan perjalanan, pada Sabtu, 18 Januari 2020, tim pesepeda lantas segera menuju Mongan Homestay. Sayang, tak lama kemudian sepeda yang dikendarai Ninda mengalami masalah. Gigi sepeda yang ia tumpangi tidak berfungsi. “Aku harus bisa lanjut terus biar usahaku susah-susah sampe sini nggak rugi," ujar si pengayuh sepeda untuk meyakinkan dirinya. Karena keinginan kuatnya, gadis berkulit sawo matang itu pun tetap berusaha melaju dengan sepeda yang tidak lagi sempurna itu. Remaja yang tengah duduk di bangku kelas XI SMA ini mulai menyerah ketika sepeda yang dinaikinya tidak bisa diajak bekerja sama lagi. Akhirnya ia memutuskan untuk ikut bersama pick up. Rupanya kesialan yang menimpanya tidak berhenti sampai disana. Homestay yang akan mereka kunjungi tidak kunjung terlihat. “Ternyata lokasinya kelewatan terus kita nanya-nanya sama warga setempat. Kita juga udah panik banget. Tapi akhirnya nemu juga homestaynya,” tutur gadis yang tak pernah bosan bermain game itu.
Meski terdapat banyak rintangan yang menghadang, tak membuat remaja yang tergabung dalam Madyapadma Journalistic Park itu merasa jera. Gadis yang memiliki hobi membaca komik ini tetap bisa menikmati ekspedisi dengan suka cita. Berbagai pengalaman baru didapatnya selama penjelajahan. Hubungannya dengan teman-temannya pun semakin erat. Apa yang dilakukan Ninda demi menyelesaikan perjalanan pada ekspedisi kali ini, harusnya bisa membukakan mata kita bahwa mencintai tantangan dan rintangan yang menghambat juga tak ada salahnya. (pad)