Bali kini tengah dilanda maraknya kasus bunuh diri. Pandemi Covid-19 diduga menjadi salah satu pemicu banyaknya dijumpai kasus ini. Akankah Pulau Bali yang terkenal akan keindahannya justru menjadi tempat peristirahatan terakhir banyak orang?
Dua tahun sudah Indonesia dilanda pandemi Covid-19. Pandemi ini mengakibatkan terhambatnya kegiatan di berbagai bidang. Banyak siswa yang tertekan karena kesulitan belajar secara daring. Buruh-buruh pun banyak yang di-PHK hingga sulitnya mendapat lapangan pekerjaan. Dan masih banyak lagi permasalahan yang dihadapi orang-orang yang membuat mereka tertekan hingga depresi. Sayangnya, tak sedikit yang justru memilih jalan mengakhiri hidup mereka.
Seperti maraknya kasus bunuh diri yang kini tengah melanda Pulau Bali. Beberapa contohnya seperti yang dilansir dari Bali Post (18/5/2021), seorang pelajar SMK asal Badung nekat mengakhiri hidupnya dengan menceburkan diri dari Jembatan Titi Gantung, Tabanan. Kasus bunuh diri juga pernah terjadi di Denpasar, yang mana korban ditemukan gantung diri dan sudah tak bernyawa di kos-kosan tempatnya tinggal (Bali Post, 25/4/2021). Kasus serupa juga sempat terjadi di Buleleng, di mana sang anak menemukan ibunya tak bernyawa di rumahnya dalam keadaan gantung diri (Bali Post, 18/4/2021). Tak hanya itu, masih ada sejumlah kasus bunuh diri lainnya yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir.
Tak hanya warga lokal, sejumlah warga negara asing juga beberapa kali dijumpai tewas bunuh diri. Salah satunya warga negara Jepang yang ditemukan tewas gantung diri di Pertokoan Sudirman Agung Blok B6 Lantai 4 di Jalan PB Sudirman, Panjer, Denpasar Selatan pada Maret lalu (Bali Post, 31/3/2021). Jika kasus bunuh diri terus-menerus terjadi dan semakin membludak, akankah Pulau Bali yang terkenal akan keindahannya justru menjadi tempat peristirahatan terakhir banyak orang?
Dikutip dari Tribun Bali (14/12/2020), menurut data dari Suryani Institute For Mental Health, tercatat 65 kasus bunuh diri telah terjadi di Bali sepanjang tahun 2020. Tentunya orang-orang berharap jumlah angka bunuh diri di tahun 2021 bisa menurun dari sebelumnya. Untuk itu, peran pemerintah sangat dibutuhkan dalam hal ini. Pemerintah Provinsi Bali dapat berupaya untuk menekan dan mengurangi angka kasus bunuh diri dengan bekerja sama dengan beberapa komunitas peduli kesehatan jiwa dan mental.
Sosialisasi ataupun pembinaan dari psikiater, psikolog, maupun tenaga kesehatan mental lainnya sangat diperlukan untuk membantu menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan mental. Setidaknya bila ada orang terdekat yang dilanda masalah hingga depresi lantas memiliki dorongan untuk melakukan aksi bunuh diri, kita bisa menolong dan melakukan tindakan pencegahan.
Setiap orang pasti memiliki masalah. Namun, sekarang pilihannya tergantung orang itu sendiri. Pilihan bagaimana mereka mau menghadapi masalah mereka. Apakah dengan mengakhiri masalah, atau justru mengakhiri hidup. Sejatinya bunuh diri bukanlah jawaban apalagi solusi dari semua permasalahan hidup yang sering kali menghimpit. Bila teman, saudara, keluarga yang kita kenal atau bahkan diri sendiri sedang mengalami masa sulit, dilanda depresi dan merasakan dorongan untuk bunuh diri, sangat disarankan menghubungi dokter kesehatan jiwa di fasilitas kesehatan seperti Puskesmas atau rumah sakit terdekat. Selain itu juga dapat memanfaatkan aplikasi konseling yang saat ini sudah banyak beredar dan mudah diunduh melalui smartphone. Atau dapat pula menghubungi Call Center 24 jam Halo Kemenkes 1500-567 yang melayani berbagai pengaduan, permintaan, dan saran masyarakat (cit/jyo)