Bertambah usia, semakin bertambah pula macam kesibukan yang diemban siswa. Namun, dibalik menjadi seorang siswa, kesibukannya tak melulu seputaran buku dan alat tulis. Begitu banyak aktivitas yang diikuti oleh pribadi yang telah beranjak dewasa. Sebut saja, dari aktivitas sosial di banjar, les alat musik, mempersiapkan karya tulis ilmiah, olahraga bersama teman, kencan dengan pacar, hingga nongkrong manis khas anak muda. Semakin kita membuka lingkup pergaulan yang baru, maka ajakan-ajakan itu pun terus berdatangan. Entah itu bersifat buruk, bisa pula menguntungkan. Bila ingin menolak, “Ah, rasanya nggak enak sama teman.” Sampai tanpa disadari tugas sebagai seorang siswa, bukan lagi prioritas.
Sementara itu, macam-macam tugas juga tak berhenti berdatangan. Membuatnya menumpuk, mengantri dijamah di antara berbagai aktivitas lainnya. Lantas malam hari pun tiba sudah. Rasanya hari berganti terlalu cepat. Memang dasarnya kerja sistem fullday school sungguh melelahkan. Namun apa daya, tiba di rumah bukan kasur empuk yang menanti, melainkan tumpukan tugas yang melambaikan tangan minta ditengok barang sekejap. Alhasil, dengan mata sayu tugas-tugas itu harus tuntas kebut semalam.
Tentu sangat disayangkan bila anak muda sudah terlanjur akrab dengan sistem kebut semalam. Tak hanya merugikan daya ingat yang belum siap, tenaga fisik pun juga terkuras habis. Waktu tidur terancam digerus oleh tugas-tugas yang tak kunjung usai. Coba bayangkan, apa jadinya jika sistem kebut semalam dibawa melekat terus hingga ujian sekolah berada di depan mata. Apalagi USBNK telah menjadi bayang-bayang di masa depan. Tentu para siswa harus sejak awal memiliki edukasi mengenai kerja sistem ini. Dan sangat tidak mungkin untuk terbiasa dengan sistem berbasis komputer ini, hanya dengan waktu satu atau dua hari saja. Sedikit kesalahan yang dibuat oleh siswa, maka guru pun tak dapat membantu sama sekali. Sebab, data hasil kerja siswa saat pelaksanaan ujian, langsung dibawa ke data pusat pemerintah. Sehingga nilai itu murni adanya. Tanpa ada nilai bonus hasil ulangan harian yang biasanya diberikan oleh para guru. Jadi bila hasil murninya empat, maka akan tetap empat. Ya gagal sudah.
Boleh saja tahun ini kertas dan pensil masih menjadi kawan setia siswa. Namun siapa yang tahu di masa depan nanti, siswa bergantung dengan apa? Kata “siap” nyatanya tak harus datang semalam sebelum ujian. Ada baiknya mulai dari sekarang menata kata “siap”mu sendiri. (red)