Oleh: Eka Niti
Di suatu pagi yang cerah, di rumah seorang petani. Seekor aam jantan tengah berkook dengan gagahnya. Suaranya nyaring dan keras mengisyaratkan siapapun yang mendengar suaranya akan bangun dari mimpi dan tidur mereka.
“ KUKURUYUKK..Hei, kawan ayo bangun matahari sudah muncul. Kalian jangan tidur terus, atau nanti rezekimu aku patok KUKURUYUKK” Ujar Sang Ayam berusaha membangunkan semua hewan dan keluarga petani dari mimpi mereka.
Sang Domba yang merasa terganggu dengan suara nyaring Si Ayam. “ Heh, Ayam!Tiap pagi kau selalu saja berisik. Kau membangunkanku dari mimpi indahku, telingaku sampai sakit mendengar suaramu. Tak bisakah kau diam ?!” Ucap Si Domba kesal.
“ Domba, oh domba. Apa yang salah dengan suaraku yang yaring dan indah ini ? kau iri ya? Kau kan hanya bisa megembek dan bahkan aku sendiri merinding mendengarya.” Balas Si Ayam santai.
“ Kau tak perlu sampai membuat telinga semua orang sakit kan! Lagi pula aku tak seperti dirimu, suaraku ini indah, jika orang mendengarnya mereka tak akan terganggu!” ujar domba.
Saat Ayam dan kambing beradu mulut, datanglah seekor kelinci putih yang merasa terganggu dengan keributan yang tercipta dari ayam dan domba. Ia tampak sepeti gumpalan awan puti ketika melompat mendekati ayam dan domba. Tentu saja ia juga ingin menunjukan kehebatannya dan keindahannya.
“ Wahai Tuan Aayam dan Tuana Domba, taka ada dari kalian yang lebih hebat dari pada aku, Sang Kelinci! Tak seperti kalian yang buruk rupa, aku Sang Kelinci utuh yang lucu begitu bersih dan indah. Dengan kaki panajngku aku bisa berlari dan melompat kemana saja dengan lincah. Badanku yang kecil juga bisa mengusup ke semua tempat. Jadi sebaikny akalin berdua diam! Karena aku yang terbaik dan aku tak ingun mendengar suara pertengkaran kalian!” Pungkas Sang kelinci dengan bangga dan sombong.
Sang Ayam dan Domba hanya memandang kelinci remeh. Tiba-tiba dari arah berlawanan terdengar sebuah suara berat dari seseorang.
“ HMOOO… ada apa ini? semua hewan berkumpul disini. Kalian sedang membicarakan apa? Apa boleh aku ikut ?” ujar Sang kerbau sopan.
Sang Domba yang masih panas hatinya, mulai tersulut emosi saat mendengar suara san gaya kerbau yang lamban.
“ Hey, kerbau! Kedatanganmu samakin membuatku kesal. Kau ingin ikut? Memang kau siapa ? kau punya apa untuk dibanggakan hah? “ teriak domba.
“ Hei kerbau jelek! Berani sekali kamu mengeluarkan suara jelekmu!” ujar Ayam
“ Hei kerbau rendahan, tak lihatkah dirimu di cermin? Tubuhmu penuh lupur yang kotor, dan huh.. kau bau sekali!” ujar kelinci
Kerbau sedih mendengar hinaan mereka. ia menjauh dan memilih duduk samping pendopo di dekat sawah. Tampak kerbau masih melihat ayam, domba dan kelinci masih berbincang-bincang. Beberapa saat kemudian keluarlah sang petani dari rumahnya. Ia berniat membajak sawah hari ini.
“ Wah pagi yang cerah. Aku akan membajak hari ini, tapi bagaimana caranya? Sawah ini sangat luas tak mungkin aku mengerjakannya sendiri.” ujar Pak Tani dan melihat sekeliling.
Dengan secepat kilat Ayam, Kambing dan Kelinci bersembunyi menghindari Pak Tani.
“ Kelinci ini pasti tugasmu. Katamu kau bisa berlari dengan cepat dan gesit. Sawah ini akan cepat selesai dibajak olehmu.” Ucap Ayam untuk Kelinci.
“ Cih, mana mungkin aku yang indah ini membajak sawah yang kotor dan penuh lumpur. Suruh Domba saja sana!” Ujar Kelinci menatap Domba.
“ Mbekk.. Mana mungkin! Bisa patah tulangku jika membajak sawah.” Ujar Domba tak terima.
“ Mbooo.. permisi teman-teman kalian jangan khawatir. Ini akan menjadi tugasku, aku besar dan kuat, aku juga sudah terbiasa dengan lumpur. Biar aku yang membantu pak tani. Ujar tulus kerbau.
Melihat kerbau, pak tani segera memasang alat bajak pada tubuh Sang Kerbau dan mereka segera membajak sawah. Hal inipun tak liput dari pandangan Ayam, Domba, dan Kelinci. Mereka tampak takjup melihat ketulusan dan kekuatan Kerbau.
“ Kukuruyuk… ternyata kerbau hebat dan kuat.” Puju Ayam.
“ Iya, ayam ternyata kita semua sama. Semua orang punya kelebhan dan kekurangan masing-masing.” Ujar bijak Kelinci.
“ Mbekk.. Iya aku merasa bersalah sekarang.” Ujar Domba.
Akhirnya setelah Kerbau dan Pak Tani membajak. Ayam, Domba dan Kelinci datang menghampiri kerbau dan meminta maaf. Tentu hal itu di sambut baik oleh Kerbau. Sejak saat itu mereka hidup rukun dan tak lagi Sali menjelekan atau meyombongkan diri.
Sama sepeti kita yang hanya satu dari banyaknya ciptaan tuhan. Tuhan menghadiahkan kita dengan kekurangan dan kelebihan yang berbeda. Tak pantas kita menjelakan ciptaan tuhan lainnya.