Oleh : Ni Wayan Kusuma Putri
Bodoh, kurus, dan dekil seperti itulah gambaran seorang anak kecil bernama Jhon. iaadalah salah satu anak ke 5 dari 5 bersaudara. Keluarga nya bisa dikatakan keluarga yang terbilang cukup kaya namun karena kekurangan yang dimiliki oleh Jhon, keluarganya menolakuntuk merawatnya. Jhon lalu dibuang dan dibesarkan oleh keluarga kecil nan sederhana.
Hidup serba kekurangan sudah menjadi hal yang biasa bagi Jhon, tetapi ia tak hanya diammenyaksikan apa yang keluarganya saat ini rasakan. Ia tidak ingin menjadi beban kedua orang tuanya karena kekurangan yang ia miliki. Jhon selalu berusaha berpikir bagaimana caranya agar ia mampu membantu ayah ibunya. Hingga terbesitlah sebuah ide di benaknya. Ia memilih tukberjualan di sekitar rumah bahkan di sekolahnya. Berbagai macam tindakan kreatif yang ialakukan, seperti berjualan es lilin, jagung rebus, sosis goreng, dan minuman. Tak ada sedikit pun rasa malu, canggung yang menghantuinya, tapi yang ada hanya semangat dan percaya diri.
Setiap pagi Jhon pergi ke sekolah untuk melaksanakan kewajibanya sebagai pelajar, sambil membawa beberapa dagangan untuk dijajakan. Sedangkan sepulang sekolah ia taklangsung bermain layaknya anak-anak seusianya, akan tetapi Jhon pergi ke pasar untuk membelibeberapa bahan tuk dagangannya.
"Berapa totalnya bu..?" Tanya Jhon kepada pedagang. Pedagang tersebut nampakbingung karena jarang sekali ia melihat anak kecil di desa ini yang berbelanja ke pasar. Karenapenasaran lalu ia bertanya "Nak... Apa kamu sendirian aja? Kemana ayah ibumu? Apa merekatidak menemanimu?" Lantas Jhon menjawab "Saya sendirian bu.. Ayah dan ibu saya sedangbekerja jadi saya ingin membantu mereka." Mendengar jawaban sang anak kecil membuat hatipedagang sedikit tersentuh. Ya memang tak pantas rasanya seorang anak kecil seusianya yang harusnya menikmati masa-masa dunia anak, malah ia menjelma bak orang dewasa. Tetapi apadaya keadaanlah yang memaksanya.
Kaki kecil penuh dengan kotoran dan merah-merah di sekitarnya. Berusaha berjalan daritempat satu ke tempat yang lain dengan alas sandal yang hampir putus.
“Pak, bu es lilin…!” tawarannya ke setiap kali ada orang yang sedang berbelanja.
Sinar matahari yang sangat menyengat tak membuatnya ikut terbakar dalam sengatanpanasnya sang surya untuk terus mengerjakan rutinitasnya itu. Terkadang rasa haus dan laparmenjadi teman pengantar setia Jhon. Jika waktu sudah sore, Jhon mencukupkan pekerjaan danpergi untuk pulang dengan sedikit membawa uang dari hasil jualannya. Tak banyak memang, akan tetapi itu sedikit cukup untuk mengisi uang saku dan sedikit membantu orang tua Jhon di rumah. Melihat kedatangan anak kecilnya itu orang tuanya datang memeluk Jhon. Ayah danibunya sudah tidak mampu berkata-kata lagi. Mereka sedih namun juga senang mempunyaiksatria kecil seperti Jhon.
Waktu terus bergulir dari hari ke hari, minggu ke minggu, bulan ke bulan, dan tahun ketahun berlalu dengan pengorbanan, kini Jhon tumbuh menjadi sosok pemuda kaya. Berbeda dariilmu dan pegalaman yang ia dapat dari masa kecilnya, cukup membuat ia tegar dan siapmenjalani kehidupan di masa nanti. Dan masa lalu biarlah belalu hidup getir, pahit dan jauh darikata cukup biar saja menjadi bingkai kehidupan. Jhon mengambil hikmah setiap perbuatannyakarena memang benar semua itu butuh perjuangan.