Identitas buku
Judul : Amba – Sebuah Novel
Penulis : Laksmi Pamuntjak
Jenis Buku: Fiksi sejarah,sastra fiksi
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : Cetakan ketujuh edisi cover baru, Januari 2018
Jumlah Halaman : 577 halaman
Pendahuluan
Sebuah novel dengan judul Amba karya Laksmi Pamuntjak dalam ini mengambil kisah dengan mengambil latar belakang sejarah dan settingan di masa pembantaian PKI memiliki bagian fragmen yang penting dari narasi besar. Memiliki alur yang maju mundur, kisah ini berputar di kejadian tahun 1956 – 1965 hingga 2006. Masa lalu dan saat ini dengan tokoh utama perempuan bernama Amba. Diawali dengan sepenggal kisah pencarian Amba yang sebagai tokoh protagonis menyusuri kalang kabut kehidupan dengan kecakapan dan ekspektasinya.
Di dasari ketidakpercayaannya pada insiden kematian Bhisma yang telah menjadikannya kekasih dengan benih rahim di luar nikah, membuatnya melanglang buana dengan harapan yang tak pasti. Sampai pada rasa penasaran, hingga keingintahuan mencuat untuk mengidentifikasi dengan mengeksplore ke tempat pengasingannya, yaitu Pulau Buru. Perihal memastikannya, ia telusuri jejak-jejak yang terjalin dengan Bhisma dan juga sedikit perkenalannya dengan pemuda Ambon bernama Samuel Lawerissa.
Isi resensi
Besar di tengah keluarga Jawa yang penuh kasih sayang, membuat Amba tumbuh menjadi gadis cantik yang tegas, setia, berprinsip dan sopan. Ayahnya adalah penyuka kitab-kitab Jawa. Bahkan nama Amba dan kedua adik kembarnya, Ambika dan Ambalika di ambil dari kisah pewayangan Mahabharata. Meski dalam cerita besar Mahabharata Amba di ceritakan sebagai gadis dengan penuh dendam dan tersia-siakan, tetapi ayahnya memiliki alasan lain di balik nama yang Ambika terima. Yakni keyakinan bahwa Amba akan tumbuh menjadi gadis dengan kuat, dan berhati teguh yang kemudian membawa akhir Perang Bharatayudha.
Momen Bharatayudha bagi Amba dalam novel ini berawal dari kehadiran tokoh Salwa (Salwani Munir) dan Bhisma (Bhisma Rashad). Kedua orang tua Amba yang bertemu dengan Salwa di UGM membuat mereka langsung tertarik dan menjodohkannya dengan Amba, meski berkali-kali ibu Amba, mengingatkan kepada Amba bahwa ini bukan seperti kisah pewayangan karena keduanya bukan wayang. Amba yang awalnya tidak terlalu memikirkan akhirnya tak berkutik ketika ia mendapat janji dan akan kasih sayang untuk dirinya.
Hubungan keduanya tak berjalan mulus seperti yang orang tua Amba harapkan. Ditengah kegundahan hati Amba, Bhisma datang di kehidupannya. Bhisma, seorang dokter di rumah sakit tempat Amba bekerja paruh waktu sebagai penerjemah di Kediri. Di situlah kisah antara Amba dan Bhisma terjalin begitu rumit. Kisah cinta yang bisa dikatakan sebentar karena mereka harus terpisah ketika acara yang mereka datangi ‘digerebek’ oleh tentara karena dianggap berhubungan dengan PKI yang saat itu masih sensitif pasca kejadian G30S.
Amba yang merasakan perpisahan, mengalami keraguan dan kecemasan yang mengawang. Setelah insiden kericuhan itu berlalu, rindunya yang tak kunjung tersingkap untuk sang kekasih. Menunggu sampai rindu tak tertahankan lagi darinya. 2006, tahun dimana ia memutuskan untuk pergi ke pulau Buru, tempat para tahanan politik. Untuk mencari kekasih yang tak kunjung datang setelah pembubaran kamp tahanan tersebut. Amba membawa nasibnya berjalan bagai arus ke Maluku.
Selama perjalanan Perang Bharatayudha seakan terus hadir dari segala spekulasi otak serta hati nuraninya. Segala teka-teki di otaknya terjawab ketika kebenaran Bhisma tersingkap. Benteng perasaan yang dibuatnya runtuh dalam sekejap ketika mendengar kekasih yang selalu ia khawatirkan benar-benar mati. Bhisma memiliki istri di tempat itu dan menjelma menjadi pejuang daerah setempat hingga akhir hayatnya.
Semua sudah terungkap sekarang, keadaan Amba tak jauh berbeda dengan Amba pada kisah Mahabharata. Sedih, karena kekasihnya telah mati. Marah, ketika mengetahui Bhisma telah menikah bukan dengan dirinya, dan kecewa pada dirinya sendiri yang tak bisa menjaga kehormatan serta kasih sayang Salwa serta orang tuanya. Akan tetapi lebih dari itu kebebasanlah yang telah Amba dapat. Ia bebas dari belenggu ketidakpastian yang mengikatnya bertahun-tahun. Pada akhirnya Amba tetap sendiri seperti tokoh Amba pada kisah Mahabharata, tersisa-siakan.
Keunggulan dan kekurangan
Keunggulannya ada pada cerita naratif bercorak realisme dan eksistensialisme. Mengambil latar belakang tempat-tempat yang menjadikan sejarah tetap hidup seperti rumah sakit Waeapo, Universitas Res Publica dan, memberi gambaran seperti apa kehidupan dan sistem pemerintahan orang dulu. Plotnya diselingi estetika Srimulat dan hikmah Mahabharata. Hampir di semua BAB dalam novel ini memunculkan emosi yang berbeda-beda. Kekurangan mungkin hanya bahasa yang berat untuk remaja.
Penutup
Buku ini sangat di rekomendasikan bagi para pembaca pencinta fiksi sejarah. Latar waktu dan tempat pada novel ini unik dan jarang ditemui.