Selayaknya buah yang jatuh tak jauh dari pohonnya, bakat seseorang yang diturunkan dari keluarga tak dapat dielakkan. Sebagaimana bakat seni yang dimiliki oleh Cokorda Istri Niti Laksmi Dewi dalam dunia fotografi, videografi, dan ilustrasi.
Bukan tanpa alasan bila gadis yang kerap disapa Cok Niti ini selalu termotivasi untuk berproses di bidang fotografi, videografi, dan ilustrasi. Tak hanya lantaran minat dirinya sendiri, namun motivasinya turut hadir dari bakat seni yang mengalir di keluarganya. Anak kedua dari dua bersaudara pasangan Cokorda Gde Raka Swendra dan Cokorda Istri Dewi Marheni mengaku bahwa dirinya saat kecil diperkenalkan bidang fotografi dan ilustrasi oleh ayahnya. Kala itu, gadis kelahiran 11 April 2005 ini hanya sempat memegang sekali kamera. Namun, pengalaman dini itu berhasil membuat gadis berumur tujuh belas tahun ini jatuh hati pada bidang yang sama.
Proses mendalami minat dan bakat dari gadis yang tengah duduk di bangku kelas XII SMA Negeri 3 Denpasar ini tidak membutuhkan waktu singkat. Ia menuturkan bahwa minat dan bakatnya selalu diasah selama ia menempuh segala jenjang pendidikan. Gadis yang pernah menjajaki SD 3 Kesiman ini mendapat kesempatan untuk menelusuri dunia fotografi dan videografi kala menempuh pendidikan di SMP Negeri 8 Denpasar. Sebelum akhirnya bergabung dengan Madyapadma membuat jalur terjun gadis yang bercita-cita membuka bisnis ini lebih dalam dan luas di bidang fotografi. “Bidang foto itu buat aku kayak ‘Wah’ gitu loh. Kesannya kayak aku bisa nangkap momen ini loh, yang mungkin momen itu cuma ada sekali seumur hidupku,” ungkap gadis berzodiak Aries ini.
Serupa namun tak sama, bidang ilustrasi juga menciptakan kesan tersendiri di benak gadis yang mengimpikan jurusan teknik lingkungan di Institut Negeri Sepuluh November ini. Bibir gadis berkacamata ini langsung sigap melontarkan untaian kata dari pandangannya. Menariknya, inspirasi yang didapatkan oleh gadis berjulukan Niti ini muncul dari remaja-remaja sebayanya yang sudah ahli dalam ilustrasi. Pertanyaan-pertanyaan pun terus mengalir di pikirannya kala melihat aksi remaja dalam karya ilustrasi. “Kayak, ‘kok bisa ya kayak gitu?’ dan ‘kok bisa sudah sampai itu?” Kadang-kadang aku juga ngikutin pola warnanya mereka, sampai modelnya kayak gitu,” terang gadis yang mengidolakan Milet.
Sorot mata gadis yang gemar menggambar ini semakin membinar kala diminta untuk mengulas sedikit pengalaman menarik dalam prosesnya untuk berkarya. Sembari tersenyum kecil, ia mengingat kembali memori dirinya dalam mencari subjek foto untuk perlombaan Bali Journalist Week. “Waktu itu aku sempet nyari pedagang di salah satu pasar kan. Aku awalnya sudah minta izin, eh tapi bentarnya aku diusir,” tuturnya diselingi tertawa kecil.
Meski begitu, seluruh pengalaman unik yang pernah dialami oleh gadis peminat mata pelajaran fisika ini seakan terbayarkan oleh sederet prestasi yang telah ia raih selama ini. Prestasi-prestasi yang pernah ia raih, yaitu juara 3 lomba fotografi Bali Journalist Week 2021, juara 1 lomba digital art di Universitas Airlangga, dan peringkat 8 lomba video Iklan Layanan Masyarakat (ILM), serta meraih peringkat 3 kelas XI MIPA 1.
“Jangan takut mengambil keputusan. Tetapi kalau sudah mengambil keputusan itu, jalani saja apapun yang terjadi,” merupakan moto hidup yang dipegang oleh gadis penggemar masakan berbumbu Bali. Selaras dengan moto hidupnya, ia menyampaikan sepatah dua patah kata yang ditunjukkan ke teman-teman yang tengah berproses saat ini. Harapnya siapapun yang berkarya saat ini selalu yakin dengan apapun kemampuan yang dimiliki. “Pokoknya semangat, stres gak papa (kenapa -red), entar cerita sama aku ya,” tutupnya. (mcy)