Rambut ikal serta badan tambunnya jadi ciri khas seorang dosen Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana itu. Tak sekali pun terbesit di benak Drs. I Nyoman Sama, M.Hum bahwa suatu hari dirinya akan membimbing para mahasiswa.
Sejak tahun 1986 pria yang kerap disapa Sama ini mengabdi di UNUD. Tahun ini ayah dari tiga orang anak ini akan menyelesaikan program studi S3-nya. Dosen Antropologi yang satu ini terkenal akan keramahannya. Sama, acap kali berbagi candaan dengan rekan kerjanya di kampus. Dibalik tawa candanya, siapa sangka Sama menyimpan kisah penuh rintangan dalam menempuh karirnya ini. Boleh dikatakan dirinya lahir dan dibesarkan di keluarga yang tak berkecukupan. Ayahnya hanya bekerja sebagai petani, sementara ibundanya mengumpulkan pundi-pundi rupiah dengan berdagang.
Kesadaran akan status sosial yang kurang, membuat Sama dan ketujuh saudara kandungnya belajar hidup mandiri. Ketika dulu Sama menempuh jenjang sekolah dasar, disela-sela waktunya pria berusia 62 tahun itu selalu menyempatkan diri untuk bekerja sebagai buruh padi. Kendati begitu, anak ketiga dari pasangan Made Alus(alm) dengan Made Muglek(alm) ini tidak lupa menjalankan hobi yang diturunkan langsung oleh ayahandanya yaitu, seni bela diri pencak silat. Bahkan kini, anak laki-laki Sama turut menekuni seni bela diri pencak silat. Dulu, Sama juga kerap ditinggal pergi oleh kedua orang tuanya. Dari sanalah tekad pria penyuka tas kulit ini kian berkobar. Sama ingin agar saudara-saudaranya dapat hidup berkecukupan. Hingga akhirnya pria penyayang binatang ini mampu membiayai adik-adiknya untuk bersekolah.
Sama kemudian melanjutkan pendidikannya di Sekolah Menengah Ekonomi tingkat Atas (SMEA). Setelah tiga tahun menimba ilmu di SMEA, lantas pria pecinta lawar ini melanjutkan pendidikan S1nya di UNUD. Selang beberapa waktu, Sama melanjutkan pendidikan S2 di Universitas Gadjah Mada (UGM). Sebelum menjadi dosen, Sama juga sempat mengajar muri-murid SMP juga SMA. Tak hanya mengajar, Sama juga sering kali menjadi juri sekaligus mentor untuk lomba karya ilmiah. Bahkan, hampir setiap tahun, Sama terbang keluar kota untuk menghadiri seminar atau workshop di berbagai universitas di Indonesia.
Tak lupa, Sama juga terus membantu dan memberikan dukungan kepada buah hatinya untuk mencari pengalaman hingga ke luar negeri. “Apapun tentang anak yang berkaitan dengan pendidikan, saya dukung, dengan satu syarat yaitu harus tekun”, tegasnya. Walaupun kadang khawatir dengan kondisi anak jauh disana, beliau tetap harus memastikan anaknya dalam kondisi baik dengan memanfaatkan jejaring sosial.