Manja, lemah mungkin kata yang tepat untuk di era now ini. Dari bergulirnya sang kala membuat jaman tiada hari tanpa bermakna. Tidak hanya dalam dunia niskala, tapi juga dalam kehidupan sekala.
Aksi ini sangat mencerminkan bahwa kids jaman now benar-benar kehilangan jati dirinya. Faktanya dari pesatnya waktu justru berbanding terbalik dengan kehidupan kebelakangan Para tetua terdahulu selalu berjuang demi mendapatkatkan kelayakan hidup. Sehingga tidak heran tetua-tetua tersebut lebih berhasil. Ditambah lagi para tetua hidup dengan adanya penjajah jadinya saling melindungi, saling membantu satu sama lain. Tetap menjaga solidaritas yang menjadikan prinsip utama, sehingga membuat tetua-tetua semakin hari semakin pandai bagaimanan cara untuk bertahan hidup dengan cara memajukan diri agar kehidupan tidak kembali suram.
Tetapi dengan adanya kemajuan teknologi yang membuat jaman semakin canggih ini malahan membuat jaman ini semakin mundur. Bukannya tambah kedepan tetapi malahan kembali ke jaman batu. Generasi muda benar-benar tidak memanfaatkan perkembangan dari hasil proses keringat leluhur terdahulu. Lebih buruknya lagi proses interaksi satu sama lainnya disalahgunakan. Bahkan banyak sekali masalah yang ditimbulkan dari perkembangan jaman Z ini. Hal ini terbukti dari maraknya kasus pelecahan seksual, narkoba maupun penipuan. Jangankan masalah yang kompleks, dari segi sosiologis pun mereka kaku dan tidak seakrab di dunia maya. Bayangkan bagaimana masa depan cucu dan anak-anak kita? Mereka akan terhasut dengan dunia yang begitu egois. Mereka juga akan terhujat semprotan berbau harta dengan bergelutan manja.
“Aku sih merasa sedikit beruntung karena aku masih bisa menikmati masa kecilku dengan dunia nyata, tapi aku juga merasa kecewa karena semakin majunya jaman membuat aku tidak bisa lagi menikmati indahnya bersosialisasi layaknya masa kecilku” tandas Adi Gunarsa dengan mata yang mengingat kenangan kecilnya (30/01).
Terbiasa menggunakan teknologi pada berbagai kehidupan, tak jarang membuat seseorang melupakan keadaan sekitarnya dan cenderung individualis. Merasa lebih nyaman ketika berbicara lewat chat daripada berbicara secara langsung. Tak ayal mengurangi intensitas interaksi yang terjadi antar setiap individu. Dari kemajuan jaman itu pun menyisakan pendapat negatif bagi beberapa guru. “Sekarang manusia dengan mudahnya dapat memenuhi kebutuhan hidupnya alias serba ada, sehingga orang secara tidak langsung kurang berinteraksi antara orang dengan orang. Mereke telah bergeser dari hidup gotong royong menjadi individualis” tegas Arya. Senada dnegan Arya, Sri Anggara juga membuka pendapatnya. “Ibu juga sedikit kecewa dulu terbiasa ngayah di banjar jika ada upacara besar, tapi sekarang semua sibuk dan gampang untuk membeli banten, tinggal pesan dan banyak di pasar. Jadinya terkadang agak kaku dan nggak seakrab dulu kalau ketemu”
Di sisi lain pesatnya perkembangan Ilmu Teknologi juga membantu lapisan masyarakat sehingga memudahkan semua pekerjaan apalagi di era modern ini memiliki kesibukan yang luar biasa. Waktu menjadi efisien dan praktis. Dalam pemakaiannya pun tidak mempengaruhi umur, tua sampai muda pun menyegani kemajuan teknologi. Dengan begitu, sang pemakai tidak harus khawatir jika misalkan ada kendala, penipuan, maupun ancaman. Ini karena dalam mengakses maupun membagikan informasi kepada publik terdapat hukum dan peraturan yang harus dipenuhi. Jika tidak, sanksi sudah tertera di Undang-Undang ITE salah satunya pasal 335 KUHP yang mengenai kasus pengancaman dan pemerasan yang dilakukan melalui e-mail. Di kalangan pelajar pun sangat membantu karena dalam menggunakan IT, “aku mendapatkan banyak ilmu dan fakta yang mendata. Selain itu, aku juga bisa mendengarkan musik agar tidak jenuh saat mengerjakan tugas” tutup Rika selaku salah satu siswi SMAN 3 Denpasar.
Walaupun proses interakasi kian menjelempah ke belakang, setidaknya sebagai manusia terpelajar menyeimbangkan era reformasi dari perkembangan IT dengan tidak menyalahgunakan media teknologi dan tetap menjaga solidaritas antar umat manusia. (das)