“Ahhh sial sekali kemungkinan tahun ini engga jadi berangkat,” kesal perempuan itu, ketika mendengar gosip study tour untuk kelas XI ditiadakan.
Ajeng Triana siswi kelas XI MIPA 7 SMA Negeri 3 Denpasar sedih mendengar study tour yang terancam batal, pasalnya study tour yang akan diadakan sekolah termasuk kedalam praktik pungli (pungutan liar-red). Penerapan dilarangnya pungli sudah diterbitkan pemerintah melalui Undang-Undang Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2016 tentang satgas saber pungli (satuan tugas sapu bersih pungutan liar-red) untuk menghindari terjadinya pungutan, khususnya di sekolah dengan dalih kegiatan yang tidak berhubungan dengan program pendidikan.
Maraknya pungutan liar yang diadakan beberapa sekolah menyebabkan satu kegiatan wajib SMAN 3 Denpasar yaitu study tour yang merupakan kegiatan jalan-jalan edukasi masa abu-abu, hal ini diungkapkan Kadek Adiana Putra (40) “Kalau pihak sekolah mengadakan study tour, maka hal itu sudah termasuk kegiatan pungli,” ungkapnya ketika diwawancarai (28/1). Ia juga menambahkan bahwa jika kegiatan study tour berlanjut akan memberatkan keuangan orang tua siswa. “Satu hal yang menjadi pertimbangan juga adalah ekonomi, tidak semua orang tua siswa bisa membiayai study tour apalagi kalau orang tua siswa mengetahui dilarangnya pungli pasti akan bermasalah,” tutur guru mata pelajaran sejarah ini.
Kegiatan study tour yang termasuk dalam kegiatan pungli mengundang tanggapan dari siswa-siswi Trisma (SMAN 3 Denpasar-red). Beberapa dari mereka mendukung diadakan study tour ini. “Aku maunya kegiatan study tour tetap dilaksanakan, juga kan ini bukan hanya jalan-jalan saja tapi juga ada kegiatan edukasinya,” ungkap Narendra siswa kelas XI MIPA 6 Trisma. Namun berbeda dengan pengakuan Ayu Triana (16), ia mengaku bahwa study tour ini kegiatan yang tidak efektif karena berproses pada pemerintah “Menurutku sih, kalau study tour tetap jalan dengan mewajibkan siswa untuk ikut akan bermasalah kepada pihak yang berwajib, lain halnya dengan membebaskan siswa yang mau ikut atau tidak untuk kegiatan ini,” jelas gadis kelas XI MIPA 7 ini. Ayu juga mengungkapkan rasa prihatinnya kepada siswa yang memiliki taraf perekonomian rendah. “Aku juga prihatin kepada orang tua siswa yang tidak memiliki dana cukup untuk memberangkatkan anaknya untuk pergi study tour,” lanjutnya dengan nada tegas.
Kebijakan apapun yang ditetapkan seharusnya diterima dengan ikhlas. “Semua kegiatan itu sama baiknya, jika study tour tahun ini dibatalkan juga tidak akan membuat sekolah dicap rendah,” jelas Dra.Ni Made Sumadi selaku salah seorang guru Trisma. Ia juga mengharapkan kedepannya permasalahan pungli terhadap study tour cepat selesai. “Pihak sekolah masih pusing dalam menghadapi hal ini, kalau kita lanjutkan salah kalau diam akan mengecewakan,” tutupnya. (mp/sa)