Tegang, senang, dan menang. Tiga kata yang menggambarkan perjalanan tiga kelompok yang baru-baru ini menjuarai kompetisi berita features, fotografi, dan mini newspaper yang diselenggarakan BJW Akademika 2021.
Di masa pandemi ini cukup sulit menjumpai pelajar yang mau untuk berprestasi. Sebagian besar pasti lebih memilih menghabiskan waktunya untuk rebahan saja, bersantai ria, sampai ‘marathon’ drama Korea. Tapi siapa yang sangka, di tengah pandemi ini masih ada semangat membara di dada sang juara tiga kelompok dari Madyapadma.
Keberhasilan Ni Made Galuh Cakrawati Dharma Wijaya (16) dalam memenangkan kompetisi features bukan sekadar isapan jempol belaka. Meski ini kali pertama dirinya mengikuti kompetisi di bidang features, ia mampu merebut juara 1 dalam perlombaan ini. Awalnya perempuan yang akrab disapa Galuh ini merasa ragu untuk mengikuti perlombaan ini. Hebatnya, kesempatan yang ada tak disia-siakan begitu saja. Meski ada saja kendala yang dialaminya, seperti narasumber yang cukup slow response ketika dihubungi via pesan singkat WhatsApp hingga akhirnya pengumpulan karya yang mepet deadline.
“Sebenarnya memang sudah dari lama saya mengenal Madyapadma. Melihat track record di sana itu bikin saya tertarik dan juga emang dari dulu saya pingin nyoba buat mading bareng, bikin news paper, ngerjain kording, kerja bareng kelompok gitulah.”
Selain Galuh, ada pula Ni Luh Putu Eka Kumala Niti (17) yang mengekori nama Galuh dalam daftar pemenang kompetisi features. Perempuan berumur 17 tahun yang kerap disapa Eka itu berhasil membawa pulang juara 2 dalam lomba yang sama dengan Galuh. Selain itu Eka juga mendapat penghargaan tulisan terbaik di pelatihan jurnalistik. Ia juga tidak menyangka jika dirinya mampu menjadi pemenang, padahal ini kali pertama dirinya mencoba perlombaan semacam ini. Beberapa kendala juga dialami Eka, seperti ketidakcocokan ide hingga tidak adanya teman yang bisa mengantarnya ke lokasi wawancara kalau itu.
“Awalnya bukan tentang menenun tapi tentang kondisi masyarakat di kawasan TPA Suwung. Waktu itu dianter sama teman-teman berlima. Wawancara orang-orang di sana udah sekitar tiga orang, tapi besoknya pas aku mau buat itu kayak tiba-tiba nggak yakin bakal cocok. Jadi H-4 pengumpulan karya ulang nyari ide dan ketemulah tentang menenun ini. Dan waktu itu kendalanya nggak ada yang nganterin aku tempat tenunannya itu karna ada rahina. Tapi untung aja Sabda datang mau bantuin aku. Terima kasih, Sabda, “curhatnya tak lupa lanjutkan dengan terimakasih kepada sahabatnya.
Untuk menyeimbangkan antara sekolah dan berkompetisi, Eka berstrategi dengan mengerjakan bahan-bahan lomba ini setelah jam pelajaran sekolah dan ia menargetkan harus selesai hari itu juga agar bisa di revisi hingga dirasa maksimal.
Di lain bidang, ada Cokorda Istri Niti Laksmi Dewi (16) yang kerap disapa Cok Niti meraih juara 2 dalam perlombaan fotografi di perlombaan yang sama. Senang dan rasa tidak percaya akan hasilnya bercampur aduk. Awalnya Cok Niti menganggap jika hasil jepretannya kurang “cimik”, namun siapa sangka hasil karyanya mampu membuat juri memutuskan namanya masuk ke kolom juara 2 dalam kompetisi features ini. Belum lagi kendala-kendala yang dialaminya cukup memberatkan, seperti mencari objek foto yang pas dan menjaga kepercayaan orang tua yang menunggu di rumah karena Cok Niti harus keluar untuk mencari senjata perlombaan setiap sore hari selepas kelas daring. Cok Niti mengakui jika dirinya cukup kesulitan dalam mengatur waktu.
“Sebenarnya saya juga keteteran di antara belajar atau lomba. Karena saya kuat begadang, jadi saya masih bisa belajar sampai malam karena sore hari dipakai untuk mencari foto. Ini jangan ditiru,” katanya.
Di lain bidang pula, salah satu tim mini newspaper Madyapadma, I Gusti Ayu Agung Citra Perama Devhi (16) mengaku merasa tidak sangka bersama tim bisa mengalahkan peserta dari mahasiswa, “Nggak nyangka banget saat itu, sampai liat tulisan di pengumuman juaranya dengan seksama karena takut salah lihat. Ternyata beneran madyapadma yang juara 1 jadi senang, terharu, sama bangga bercampur jadi satu. Nggak cuma saya senang, orang rumah semuanya ikut hore-hore kegirangan.”
Banyak rintangan yang dilalui oleh tim newspaper salah satunya Citra yang kebetulan saat itu terkena positif Covid-19 tapi hal tersebut tidak menahan agar bisa menduduki posisi ini, “Sebelum dinyatakan positif Covid, saya swab ke RS.Wangaya dan itu sambil baca materi mini newspaper, karena kita sebagai reporter harus paham juga sama topik yang kita angkat. Singkat cerita setelah hasil wawancara rampung, saya harus buat rubrik laporan utama dan itu H-2 pengumpulan karya. Untungnya kak Gesika sabar banget mau nungguin kita, dan mini newspaper kita baru selesai sebelum 30 menit tenggat pengumpulan. Tapi dengan melihat hasilnya, saya rasa sepadan antara perjuangan dengan hasil yang kita dapat.” (ckf/cd/krn)