Bertransaksi secara online kini semakin digandrungi oleh masyarakat terlebih ketika diam dirumah saja. Hal itu pula membuka peluang terhadap seseorang untuk membuat usaha untuk menambah keuangan mereka. Tidak lepas dari dunia internet telah menjadi bagian hidup manusia mulai dari pendidikan, media sosial hingga ekonomi-bisnis.
Belanja online merupakan kegiatan pembelian barang dan jasa melalui media digital. Belanja Online diklasifikasikan sebagai transaksi e-commerce Business to Consumer (B2C). Dengan perkembangan zaman yang semakin pesat, kini manusia tidak perlu lagi bersusah payah untuk berbelanja sekaligus bertransaksi seperti pada umumnya yang harus keluar dan bertemu dengan seseorang yang ingin diajak untuk bertransaksi. Sejak mewabahnya pandemi Covid-19 dan masyarakat diimbau untuk tetap di rumah saja, kegiatan transaksi belanja online pun meningkat pesat.
Berbeda dengan offline shop yang dimana pembeli bisa mengetahui situasi baik dalam toko maupun produk nya. Berbeda pula dengan online shop dimana pembeli sama sekali tidak dapat mengetahui kondisi suatu toko maupun produknya tetapi jika ingin mengetahui keadaan suatu produknya, biasanya pembeli akan berkomunikasi dengan penjualnya. Ni Putu Ani Lutfya Library (18) selaku pengusaha dari anystuff_dps yang telah beroperasi pada September 2020 melakukan banyak cara agar memuaskan pelanggan nya saat belanja ditempatnya. "Kalau mereka mau order pasti mereka chat aku dulu. Disana sih kadang ada yang cuek banget sama ada yang cerewet banget dan ada yang nanya aja tapi nggak beli. Jadi hal itu hal biasa sih menurut aku," ujar Ani.
Perusahaan e-commerce pun mendapat banyak untung dari transaksi tersebut. Dengan adanya situasi pandemi Covid-19, masyarakat lebih dituntut untuk menghindari tempat keramaian. Otomatis untuk memenuhi kebutuhannya, masyarakat cenderung memilih berbelanja secara online. Bagi Ni Ketut Sashi Parascantyka Bukian (17) selaku siswa SMA PGRI 2 Denpasar selama tiga bulan belakangan ini telah berbelanja online ±10 kali, "saya beli baju dan skincare. Terkadang merasa takut juga jika barang tidak sesuai ekspetasi atau bahan-bahannya tidak bagus." Tidak hanya Sashi, I Gusti Ayu Agung Wiwin Adyasari (17) selaku siswa SMA Negeri 3 Denpasar juga mengaku belakangan ini sering belanja secara online, "biasanya novel dan komik. Saya pikir hanya satu yaitu saat membeli produk tanaman dimana tanamannya agak layu. Tapi saya memaklumi karena pengiriman itu bisa cepat dan juga lambat sesuai kondisi."
Berbagai inovasi dilakukan oleh penyedia barang maupun jasa untuk mempromosikan sekaligus menggencarkan produk melalui media sosial yang diyakini memiliki pengaruh besar dalam pemasaran produk. "Selama aku jualan, aku pernah ada yang komplain tentang barangnya, jadi mungkin kalau untuk meminimalisir ya kita cek sendiri dulu barangnya dan sesuai harga atau tidaknya itu kita cek terlebih dahulu," ujar Ani.
Meningkatnya toko online shop di Indonesia hingga saat ini terutama saat pandemi Covid-19 ini masih menjadi perbincangan hangat dikalangan masyarakat khususnya anak muda yang identik dengan hal-hal instan tanpa mengeluarkan banyak tenaga dalam pemenuhan kebutuhan. Namun tetap saja, dibalik kemudahan dan kecepatan dalam berbelanja online, tidak luput dari adanya dampak positif maupun negatif yang dirasakan oleh pembeli. Bagi Triana Nadya Vega (17) rasa kekhawatiran pasti ada terutama dalam kualitas suatu barang yang ingin dibeli. "Tetapi biasanya saya membaca review dari orang-orang yang pernah membeli, seperti komentar dan testimoni. Tapi jika barang yang ingin dipesan lama di pengemasan ataupun dipengiriman saya akan menghubungi penjual," tutup Nana. (cfk/krn/cd)