Vaksinasi yang diberikan kepada tenaga pendidik seakan menjadi langkah awal untuk memulihkan kembali sistem pendidikan yang sebelnya sempat terhambat akibat Covid-19. Hanya saja orang tua dan siswa masih khawatir akan keamanan siswa dari ancaman Covid-19, saat pembelajaran tatap muka.
Vaksin kini menjadi prioritas utama yang gencar dilakukan oleh pihak pemerintah Indonesia untuk masyarakat sebagai upaya pencegahan Covid-19. Buktinya hingga kini vaksin telah memasuki tahap kedua, ada sebanyak 38.513.446 orang yang menjadi sasaran untuk disuntik vaksin. Dari total itu, ada sebanyak 5.057.582 orang yang akan diberi vaksin (guru, tenaga kependidikan, dosen, pedagang pasar, tokoh dan penyuluh agama, wakil rakyat, pejabat negara, jurnalis, atlet, dan lainnya). Proses pemberian vaksin ini akan diberikan terlebih dahulu bagi guru sekolah dasar (SD), Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), dan Sekolah Luar Biasa (SLB). Setelah itu diberikan kepada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Langkah ini merupakan langkah awal dari rencana pembelajaran tatap muka yang akan dilakukan di bulan juli mendatang. Namun, akankah hal ini mendapatkan respon positif dari masyarakat?
Tim Madyapadma-online mencoba mencari jawaban melalui polling, kepada 100 responden masyarakat Denpasar. Polling tentang bagaimana tanggapan masyarakat terkait rencana pembelajaran tatap muka yang akan dilakukan pada bulan Juli Setelah Vaksinasi guru selesai. Responden berasal dari umur 13 – 15 tahun (20 %), umur 16-18 tahun (30 %), umur 19-49 tahun (40 %), dan umur lebih dari 50 tahun (10 %). Responden juga berasal dari kelompok siswa dan kelompok orang tua. Masing-masing kelompok berjumlah 50 persen. Responden terdiri dari 63 persen perempuan dan 37persen laki-laki. Survei dilakukan dengan memanfaatkan formulir Google menggunakan metode acak sederhana pada tanggal 03-04 Maret 2021.
Hasil yang diperoleh menunjukkan 53 persen responden sudah setuju dengan keputusan pemerintah untuk melakukan pembelajaran tatap muka setelah semua vaksinasi guru selesai. Jika di telusuri lebih lanjut berdasarkan kelompok responden terlihat di semua kelompok mayoritas setuju rencana pembelajaran tatap muka pada bulan Juli ini. Rinciannya kelompok siswa (54 % ) dan kelompok orang tua (52 %). Info lebih lengkap dapat dilihat pada info grafik. “Saya setuju, karena saya merasa sudah terlalu lama siswa sekolah jarak jauh. Saya juga sudah merasa bosan dan tidak semangat lagi dalam belajar,” ujar Ni Made Dwi Angga Yani (17) salah satu siswi SMA Negeri 3 Denpasar saat di wawancarai oleh tim Madyapadma pada Minggu (7/3).
Meskipun keseluruhan responden sudah menyetujui rencana tatap muka setelah vaksinasi guru selesai, nyatanya ada sebanyak 23 % yang masih ragu dengan keputusan pemerintah ini. Menariknya mayoritas yang menjawab ragu berasal dari kelompok orang tua (28 %) dan kelompok siswa hanya menumbang sebanyak 18 persen. “Kita tidak tahu bagaimana keadaan perkembangan covid-19 di Indonesia khususnya wilayah kita Denpasar, Bali. Jika penyebaran Covid-19 semakin meningkat maka sudah jelas saya tidak setuju proses belajar tatap muka dilaksanakan,” ujar Ni Luh Putu Sumariyati (49) seorang PNS.
Walaupun mayoritas responden menjawab setuju, nyatanya ada sebanyak 49 persen responden yang masih ragu jika pembelajaran tatap muka yang dilakukan meski guru sudah divaksin belum menjamin keamanan siswa. Rinciannya kelompok siswa (60 %) dan kelompok orang tua (38 %) “Di sekolah kita tidak tahu bagaimana anak berinteraksi, belum lagi vaksin yang diberikan ke guru itu efektif atau tidak atau bahkan ada orang ODP di lingkungan sekolah. Jadi masih banyak kemungkinan yang membahayakan kalau anak sekolah tatap muka,” ujar Ketut Ayu Winanti (45) seorang ibu rumah tangga.
Angka yang berbanding terbalik tampak pada responden yang merasa vaksinasi yang diberikan ke guru sudah dapat menjamin keamanan siswa saat pembelajaran tatap muka nanti (23 %). Ini didapat dari kelompok siswa sebanyak 16 persen dan kelompok orang tua sebanyak 30 persen.
Sejalan dengan banyaknya responden yang tidak yakin dengan keamanan siswa saat pembelajaran tatap muka. Persentase yang sejajar nampak dari rasa Khawatir yang dirasakan responden terkait rencana pembelajaran tatap muka pada bulan Juli meski, guru dan tenaga kependidikan lain sudah divaksin (64 %). Rinciannya kelompok siswa dan kelompok orang (64 %). “ Sebagai siswa jelas saya Khawatir. Walau guru sudah di vaksin, bagaimana dengan siswa-siswa yang tidak di vaksin, bisa saja ada yang salah satu siswa di sekolah yang membawa virus Covid ini,” ujar Alvin Caesar Mahendra (17) seorang siswa SMK Saraswati 2 Denpasar.
Perkembangan Covid-19 di Bali termasuk di kota Denpasar masih tinggi. Melihat data perkembangan ini sebanyak, 60 persen responden merasa pemberian vaksin kepada pada guru dapat berpengaruh mengurangi penularan Covid-19 kedepannya. Rincian kelompok siswa sebanyak 58 % dan kelompok orang sebanyak 62%. “ Menurut saya berpengaruh, karena jumlah guru di Indonesia itu banyak, jika divaksinasi kemungkinan kasus positif Covid-19 juga menurun,“ ujar Ni Made Sabdha Devhani (16) salah satu siswi SMA Negeri 3 Denpasar. (ekn)