Indonesia optimis melakukan vaksinasi Covid-19 Sinovac pada lansia. Namun tindakan ini banyak menuai pro dan kontra di masyarakat. Lantas apakah vaksin ini mampu membangun kepercayaan, atau justru menjadi kabut keraguan baru yang membelenggu masyarakat?
Waktu tak dapat di beli dengan uang, begitu pun kesehatan dan umur seseorang. Itu semakin terasa saat pandemi Covid-19. Setiap umat manusia merasakan kecemasan akan kesehatan dan nasibnya. Tak terkecuali para lanjut usia (lansia) yang berharap dapat menikmati dunia lebih lama. Namun apa daya bila harapan tak selalu sesuai kenyataan. Para ahli menyebut, lansia adalah salah satu kelompok yang rentan terinfeksi Covid-19. Bahkan kelompok lansia menyumbang 47,3% kematian akibat Covid-19. Pemerintah tak tinggal diam, terbukti dari diterbitkan izin penggunaan darurat (emergency use authorization) vaksin Covid-19 Sinovac untuk masyarakat lanjut usia 60-70 tahun pada 5 Februari 2021 lalu oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Lantas bagaimana tanggapan masyarakat terkait vaksinasi bagi lansia ini?
Tim Madyapadma-online mencoba mencari jawaban melalui polling, kepada 100 responden masyarakat Denpasar. Polling tentang bagaimana tanggapan masyarakat mengenai vaksinasi yang akan didapat lansia. Responden berasal dari kelompok umur kurang dari 20 tahun, kelompok usia 21-59 tahun, kelompok usia 60-70 tahun dan kelompok usia lebih dari 70 tahun. Masing-masing kelompok berjumlah 25%. Responden terdiri dari 66% perempuan dan 34% laki-laki. Survei dilakukan dengan memanfaatkan formulir Google menggunakan metode acak sederhana pada tanggal 13-19 Februari 2021.
Hasil yang diperoleh menunjukkan 59% dari keseluruhan responden mengetahui bahwa vaksinasi bagi para lansia sudah diperbolehkan. Jika ditelusuri berdasarkan kelompok umur terlihat di semua kelompok umur mayoritas mengetahui bahwa vaksinasi untuk lansia sudah diperbolehkan. Rinciannya kelompok umur 20 tahun ke bawah sebanyak 64%, kelompok umur 21–59 tahun (56%), kelompok umur 60–70 tahun (60%) dan kelompok umur lebih dari 70 tahun (56%). Lebih lengkap lihat info grafik. “Iya, saya tahu. Waktu itu saya dapat berita ini di TV dan ada juga di Facebook, tapi untuk jenis vaksinasinya saya kurang tahu,” ujar I Made Sudarta S,E (50) seorang karyawan swasta saat diwawancarai oleh tim Madyapadma, Kamis (18/2). Menariknya ada sebanyak 12% dari kelompok umur 60–70 tahun masih ragu-ragu terkait informasi itu. “Saya tidak tahu tentang ini, saya tidak bisa pakai HP, saya juga tidak ngerti yang seperti ini,” aku seorang petani di kota Denpasar I Ketut Roja (78), ragu.
Walaupun mayoritas responden mengetahui lansia sudah dibolehkan mendapatkan vaksin, tetapi hanya sedikit responden yang yakin pemberian vaksin kepada lansia itu aman (27%). Bila ditelusuri lebih dalam, terlihat bahwa semakin tinggi usia kelompok umur, maka tingkat keyakinan responden semakin menurun. Keyakinan tertinggi menjadi presepsi kelompok umur 20 tahun ke bawah (32%). Berturut-turut tingkat keyakinan semakin menurun pada kelompok umur 21–59 (28%), kelompok umur 60–70 tahun (24%) dan kelompok umur di atas 70 tahun (24%). “Jujur saya belum yakin untuk vaksin Covid-19 karena kurang informasi tentang ini. Saya juga belum pernah melihat orang yang sudah di vaksin, jadi belum tahu apa perubahan yang akan terjadi setelah vaksin,” ungkap Ni Made Wartini (55) seorang pegawai di Hotel Intercontinental Resort.
Pendapat berbeda diutarakan siswa SMAN 1 Denpasar I Gusti Ngurah Agung Suastika (17). “Aman saja menurut saya, sepengetahuan saya sebelum vaksin mulai disebar ada beberapa tahap uji yang harus dilewati dulu, ada beberapa relawan juga yang sudah divaksin dan sejauh yang saya tau masih aman-aman saja,” ujar Suastika.
Memang jika di telisik lebih lanjut, vaksinasi yang di berikan pada lansia memang sudah mengalami dua kali uji klinis di China dan tiga kali di Brazil. Hasil yang di dapat dari 422 relawan di China menunjukkan vaksin Covid-19 Sinovac meningkatkan imunogenitas atau kadar antibodi yang baik. Lalu, hasil yang di dapat dari 600 relawan di Brazil menunjukkan tidak ada laporan sampai usia 70 tahun untuk vaksin Covid-19 Sinovac karena tidak menimbulkan efek samping berupa kematian. Meski izin untuk penyuntikan kepada usia 60 tahun ke atas diberikan, namun BPOM tetap menginginkan masyarakat untuk berhati-hati dan memberi pendampingan khusus ketika screening untuk menyuntikkan vaksin pada usia 70 tahun ke atas. Tentu dengan catatan penyuntikan diberikan dua dosis dengan selang waktu 28 hari.
Mengetahui vaksin Covid-19 Sinovac sudah beberapa kali mengalami uji klinis, tampak dari semua kelompok umur mayoritas berpendapat bahwa penyakit bawaan yang diderita pasien lansia akan berpengaruh terhadap efek vaksin Covid-19 yakni 54%. Rincian kelompok umur 20 tahun ke bawah sebanyak 52%, kelompok umur 21–59 (60%), kelompok umur 60–70 (56%) dan kelompok umur 70 tahun ke atas (48%). “Menurut saya berpengaruh karena lansia yang mendapat vaksin harus benar-benar sehat dulu. Karena saat lansia sedang dalam kondisi sakit efek antibodi dari si vaksin tidak akan maksimal,” ujar Ni Kadek Indah Purnama Sari (25) seorang food service di Rumah Sakit Bali Med.
Walaupun begitu, jika di lihat lebih lanjut angka responden yang ragu dan enggan untuk menjawab hal ini meningkat di setiap kelompok umur. Yakni, kelompok umur kurang dari 20 tahun sebanyak 24%, kelompok umur 21–59 tahun (20%), kelompok umur 60–70 tahun (36%) dan kelompok umur lebih dari 70 tahun (40%).
Perlu diketahui efek samping dari pemberian vaksin Covid-19 Sinovac pada lansia memang benar adanya. Tentu efek samping dari pemberian vaksin ini tidaklah berbahaya, bahkan dapat di katakan efek samping ringan seperti nyeri pada tempat suntikan, mual, demam, bengkak, kemerahan pada kulit dan juga sakit kepala.
Terlepas dari efek samping dari vaksin Covid-19 Sinovac, sebagian besar responden yakni 46% sudah menyetujui vaksinasi Sinovac untuk para lansia. Yang lebih mengejutkan lagi, ternyata mayoritas responden tersebut berasal dari kelompok umur lebih dari 70 tahun sebanyak 52%. “Saya setuju, dengan syarat vaksin tersebut aman untuk lansia. Jika memang itu aman dan bermanfaat saya sendiri akan dengan senang hati menerima vaksin tersebut,” ungkap I Made Reda (75) salah seorang pensiunan kepala sekolah di SD Negeri 3 Bringkit.
Kendati antusiasme masyarakat yang cukup tinggi, sebanyak 39% dari keseluruhan responden nampaknya masih ragu-ragu untuk di vaksinasi. Keraguan tertinggi bahkan menjadi persepsi kelompok umur 60-70 tahun (52%). Angka ini di susul oleh kelompok umur kurang dari 20 tahun (40%) yang turut ragu akan vaksinasi Sinovac ini. “Kenapa banyak yang ragu, Jujur saya sendiri masih ragu sebab belum tau banyak tentang vaksinasi yang akan di dapat. Saya rasa pemerintah kurang melakukan sosialisasi tentang vaksin ini, kususnya untuk lansia sendiri. Karena menurut saya masyarakat lansia tidak akan paham tentang vaksin ini jika tidak di beri tahu langsung” ujar Ni Wayan Sunarti (60) seorang pedagang di Denpasar.
Dari 181.554.465 total sasaran vaksinasi yang Indonesia targetkan, pada Jumat (5/3) sudah tercatat penerimaan vaksinasi di Indonesia tahap pertama bertambah 181.156 menjadi 2.286.123 orang dan tahap kedua bertambah 23.819 menjadi 1.100.228 orang. Dalam hal ini Made Reda turut berpendapat tentang masyarakat yang masih belum setuju di vaksin. “Mungkin karena mereka takut akan efek yang timbul akibat penggunaan vaksin tersebut, menurut saya itu wajar,” ujar Made Reda. (ekn)