Selalu ada doa orang tua yang terselip di setiap nama anak. Namun, bukan berarti garis takdir tunduk begitu saja pada untaian kata. Buktinya, dalam perjalanan hidup I Made Untung Aribawa (45), dewi fortuna tak selalu setia memihaknya.
Ketika Covid-19 mulai menyusup, Untung Aribawa mesti kehilangan pekerjaannya. Mau tak mau harus berhenti menjadi seorang sopir. Menyecap sesaat rasanya jadi pengangguran. Sebelum akhirnya banting stir ke dunia bisnis. Beralih menjadi pedagang nasi jinggo yang sederhana.
Setiap pukul lima sore, Untung Aribawa akan membuka lapaknya. Yang berada tepat di depan kediamannya, sekitar kawasan Hayam Wuruk. “Saat awal-awal jualan saya hanya dapat menjual kira-kira enam biji bahkan bisa kurang dari itu yang terjual,” ujar Untung Aribawa saat diwawancarai via daring oleh tim Madyapadma pada Jumat (05/02).
Tentu hasil dari penjualan enam bungkus nasi jinggo tak akan cukup untuk perut istri dan dua anaknya. Apalagi di tengah-tengah krisis ekonomi dan kesehatan. Pun Untung Aribawa mulai melihat peluang digitalisme. Tepat setelah 10 bulan merintis usaha, pada Desember 2020 Untung Aribawa mulai gencar mempromosikan bisnisnya di dunia digital. “Saya mulai menggunakan media sosial seperti Instagram dan WhatsApp untuk mempromosikan usaha saya. Dengan ini juga, yang awalnya hanya enam sampai sepuluh bungkus per hari sekarang bisa 100 bungkus jika ada yang memesan,” aku Untung Aribawa.
Nyatanya, kolaborasi dari kerja keras dan perkembangan teknologilah yang membawa keuntungan dalam potongan perjalanan hidup Untung Aribawa. Sebab pada dasarnya memang media digital akan menjadi sahabat pebisnis jika berhasil dimanfaatkan dengan baik. Tampaknya pun pandemi Covid-19 sukses menyentak kesadaran para pebisnis. Membuat banyak pebisnis yang mulai menjalin hubungan dengan media digital.
Menurut Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN), Airlangga Hartarto, pada tahun 2020 ada sebanyak 3,7 juta UMKM di Indonesia yang mulai memanfaatkan media digital. Bahkan dalam survei yang dilakukan UNPD Indonesia, tercatat UMKM di Indonesia yang go digital melonjak menjadi 44%. Melejit tinggi bila dibanding tahun 2019 yang hanya 28%.
Ni Made Sabdha Devhani (16) salah satu siswa dari SMA Negeri 3 Denpasar pun mengakui adanya perkembangan pesat itu. “Lonjakan UMKM yang go digital pasti tidak terlepas dari masyarakat yang memang semakin lama tak bisa lepas dengan media sosial. Apalagi penggunaan media digital pada UMKM pasti sudah sangat membantu mengurangi penyebaran virus Corona,” tutur Sabdha Devhani.
Mengacu pada data Bali UMKM Center, setidaknya terdapat 63.530 UMKM yang tersebar di Bali. Ada sebanyak 35.118 pelaku UMKM dari Denpasar, 13.620 dari Badung, 5.907 dari Tabanan, 5.208 dari Gianyar, 1.259 dari Karangasem, 1.122 dari Jembrana, 622 dari Buleleng, 531 dari Bangli, dan 143 dari Klungkung.
Sama halnya dengan Sabdha, Kadek Meira Ananda Widya Bestari (16) siswa SMA Negeri 3 Denpasar juga menangkap adanya arus kencang UMKM digital. “Saya melihat banyak UMKM yang beralih ke online sekarang. Menurut saya dengan menggunakan media sosial, kemungkinan pembeli yang datang akan semakin besar, dan tentu akan membawa keuntungan untuk UMKM atau perekonomian Bali,” papar Meira.
Memang semakin banyaknya UMKM yang menggunakan media digital tentu akan turut membantu mendorong peningkatan nilai penjualan maupun transaksi merchant. Berdasarkan data Bank Indonesia, jumlah adopsi standar nasional kode respons cepat atau Quick Response Code Indonesia Standard (QRIS) per akhir tahun 2020 meningkat 600% dibanding tahun lalu menjadi 171.994 merchant. Ini juga sejalan dengan pertumbuhan nilai transaksi pada merchant 171% per Desember 2020 dibanding periode sebelumnya menjadi Rp. 22,72 miliar. Begitu pula dengan jumlah transaksi yang naik 183 % QrQ per akhir 2020 menjadi 269.000. (ekn)