Umat Hindu di Bali melaksanakan hari raya Kuningan berdampingan dengan pandemi Covid-19. Hal tersebut sekaligus jadi pengalaman baru, merayakan hari besar keagamaan dengan tetap memperhatikan protokol kesehatab. Lantas bagaimanakah tanggapan masyarakat?
Pandemi Covid-19 masih tangguh menyerang dunia. Keadaan ini berdampak pada semua bidang kehidupan. Bali yang dikenal sebagai pulau seripu pura ini selalu diwarnai dengan pelaksanaan yadnya yang menunjukkan kearifan lokal sekaligus kebersamaan para masyarakat Bali. Namun kali ini Pandemi Covid-19 mengharuskan umat Hindu untuk tidak terlibat atau membuat kerumunan, sebab kini jarak seolah menjadi penyelamat semua orang. Hari Raya Kuningan yang jatuh pada Saniscara (Sabtu -red), Kliwon, wuku Kuningan ini tetap dilaksanakan oleh umat Hindu di Bali hanya saja perayaannya dalam lingkup yang lebih kecil tanpa menghilangkan makna dari Hari Raya Kuningan itu sendiri. Menurut I Wayan Phala Suwara (27) "Kuningan sebagai rangkaian dari Hari Suci Galungan dimaknai sebagai hari untuk kita semua meningkatkan spiritual diri lahir dan bathin. Hal ini terurai dari arti kata Kuningan dari kata kahuningan yang dimaknai menuju hal yang ning (utama -red). Selain itu, Kuningan diyakini sebagai waktu untuk leluhur ikut memaknai kemenangan Dharma." Hal serupa juga diungkapkan oleh Ni Putu Suastini (52) "Kuningan itu salah satu rangkaian dari Hari Raya Galungan. Di Hari Raya Kuningan ini kita memberi persembahan ke leluhur."
Tentunya melaksanakan hari raya di tengah pandemi seperti saat ini mengharuskan masyarakat untuk menjaga jarak dari orang lain dan memilih merayakan hari suci dalam lingkup keluarga saja. Hal ini diungkapkan oleh Putu Suastini "Biasanya setelah dirumah, kita sembahyang ke Pura Tri Khayangan. Tapi kali ini tidak, hanya ke pura pauman (pura keluarga -red) saja, karena harus menghindari keramaian." Meski hanya melaksanakan persembahyangan di pura milik keluarganya, Suastini dan keluarga tetap memperhatikan serta melaksanakan protokol kesehatan. "Di pura pauman kita menerapkan protokol kesehatan seperti cuci tangan dan pakai masker, kita jaga jarak juga," ungkap Suastini. Protokol kesehatan menjadi hal yang paling penting kala bepergian di tengah pandemi seperti ini. Bersembahyang ke pura kala pandemi seperti ini harus tetap mengutamakan protokol kesehatan serupa dengan yang dilakukan Ketut Anantha Adi Saputra (16). “Saya bersembahyang ke Pura Dalem dan disana saya pun menerapkan protokol kesehatan seperti memakai masker, menjaga jarak, dan selalu menggunakan hand sanitizer. Selain itu orang yang datang ke pura juga lebih sepi dari Hari Raya Kuningan sebelum pandemi," ujar Anantha.
Perbedaan perayaan Kuningan kali ini begitu terasa. "Enam bulan lalu kita masih bisa melakukan aktivitas keagamaan tanpa batasan. Tetapi, saat ini demi kebaikan bersama tentu ada batasan dalam melaksanakan aktivitas keagamaan itu sendiri," kata Phala selaku guru agama Hindu di SMAN 3 Denpasar. Sependapat dengan hal itu, Anantha mengungkapkan "Suasananya tentu aja beda. Soalnya kalau enam bulan lalu masih bisa leluasa ngerayainnya kayak ke pura tanpa ada rasa takut atau was-was. Sekarang ya kesehatan yang terpenting."
Merayakan Hari Raya Kuningan saat pandemi seperti ini harus selalu berhati-hati dan ingat protokol kesehatan. Seperti yang diungkapkan oleh Phala "Sederhananya, tetap laksanakan protokol kesehatan selama aktivitas keagamaan bukan hanya saat Kuningan saja. Protokol kessehatan harus selalu diutamakan karena kita tidak pernah tahu akan apa yang terjadi kedepan dan orang disekitar kita bisa saja membawa virus tanpa mereka sadari,” tegas Phala di akhir.