Oleh : Ni Made Galuh Cakrawati Dharma Wijaya
Indonesia lahir dari perjuangan bangsa yang tertindas, dari keringat dan darah yang mereka peras, untuk mendapatkan kemerdekaan seperti yang sekarang kita nikmati.
Saya jadi teringat dengan ucapan Bung Hatta, “Indonesia merdeka bukan tujuan akhir kita. Indonesia merdeka hanya syarat untuk bisa mencapai kebahagiaan dan kemakmuran rakyat.” Kalimat pendek tersebut dapat diartikan bahwa kebahagiaan dan kemakmuran rakyat adalah tolak ukur bagi negara yang merdeka. Tentu saja kalimat yang dilontarkan Bung Hatta bukanlah omong kosong semata. Bahkan sampai sekarang pun, Indonesia tidak dapat dibilang belum sepenuhnya merdeka. Kenapa saya berani bilang begitu? Dari pandangan saya sendiri saja, terlalu banyak tindakan tercela yang dilakukan orang-orang di dalam sistem pemerintahan. Padahal, pemerintahan adalah organisasi yang memiliki kewenangan terhadap suatu negara. Dampak dari tindakan tercela mereka tentu saja, masyarakat kena imbasnya. Tidak terbayangkan bila organisasi yang mengatur suatu negara saja sudah tidak benar, bagaimana masyarakatnya mau menjadi lebih baik?
Menurut Max Regus dalam tulisannya yang berjudul, “Kepingan Keindonesiaan” yang terbit sehari sebelum 17 agustus 2021, kita memang tahu satu hal bahwa keindonesiaan kita adalah sebuah negosiasi kepentingan sekaligus perjuangan yang melampaui kepentingan partikularistik. Berangkat dari sudut pandang kekinian, kita masih berada dalam kerasnya proses pembangunan negara-bangsa. Pembangunan dan penciptaan kembali identitas nasional tetap jadi isu hangat bahkan pertarungan yang hidup di Indonesia. Geliat proses ini sesungguhnya terikat erat pada segenap usaha membangun Indonesia yang kian adil, demokratis, dan manusiawi.
Pembangunan karakter yang cerdas, yang berintegritas, sehingga negeri-bangsanya kelak dapat menjadi negara yang adil, demokratis dan manusiawi. Namun menyadarkan seluruh negeri yang bukan hal yang mudah. Berkali-kali posisi presiden Indonesia berpindah tangan, tak ada satupun yang benar-benar berhasil mencerdaskan bangsa secara merata. “Toh, bangsa yang cerdas maupun tidak cerdas tidak akan mempengaruhi kehidupan pribadi saya. Tidak akan ada yang berubah” pikir anak kandung bangsa. Memang benar, untuk satu sampai lima tahun dalam kehidupan mereka tidak akan terpengaruh. Namun lima belas tahun kemudian, ketika mereka sudah menginjak usia matang untuk keluar dari kolam renang dan terjun menuju lautan lepas, baru mereka akan merasakan pahit dan kerasnya dunia karena tindakan mereka di masa lalu. Karena mereka tidak menentang keputusan pengesahan undang-undang tentang pekerja yang ketika dulu, tidak berpengaruh penting dalam kehidupannya. Penyesalan memang selalu datang terlambat. Apa yang bisa mereka teriakkan tentang ketidakadilan sekarang? Ketika para aktifis yang menyuarakan kritik bagi negerinya sudah di bekuk oleh pemerintahan, siapa yang mau mendengar suara rakyat kecil kami?
Hal ini terjadi karena kurangnya kesadaran diri dari masyarakat untuk memulai, untuk berani mengemukakan pendapat, dan peduli tentang negaranya. Kebanyakan orang lebih memilih bungkam karena menurut mereka tidak ada gunanya mengkritik negara yang tidak mau dikritik. Namun, bagaimana jika kita merubah karakter mereka? Lupakan generasi yang saat ini sudah menjabat, sudah tak tertolong. Saya berpikir untuk mengolah karakter generasi Milenial mendatang di Indonesia yang satu sampai lima belas tahun kedepan akan menjadi sosok pemimpin masa depan anak bangsa. Karakter yang sehat, akan berpengaruh juga terhadap kemakmuran dan tingkat kebahagiaan masyarakatnya. Dengan begini, Generasi Milenial akan berperan penting dalam menjaga keindonesiaan, atau bahkan memperbaiki negara ini. Ibaratnya, Indonesia sudah seperti negara yang compang-camping sana-sini, meskipun sudah berusaha ditambal, masih ada saja yang akan robek lagi dan lagi karena kainnya relatif lemah. Indonesia baru dengan karakter yang sehat seperti baju baru dengan kain yang kuat. Bila dapat di wujudkan, alangkah menyenangkannya hidup di Indonesia.
Tentu saja, bukan hal yang mudah untuk mewujudkan impian ini. Diperlukannya kesadaran dari Generasi Milenial dan masyarakat untuk berubah, dan dukungan penuh dari seluruh rakyat Indonesia. Pendidikan sangat berperan penting dalam pergerakan ini. Indonesia yang kita bicarakan tadi, tak akan terwujud bila pendidikan dalam negara tersebut belum berubah. Karakter dalam diri seseorang sangat dipengaruhi oleh pendidikan yang dia terima selama masa belajarnya. Semakin baik pendidikan yang ia terima, maka akan semakin bagus pula dirinya nanti. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim mengatakan pendidikan karakter peserta didik diwujudkan melalui berbagai kebijakan Kemendikbud yang berpusat pada upaya mewujudkan Pelajar Pancasila. “Mulai dari jenjang pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi. Pelajar Pancasila memiliki enam ciri utama, yaitu bernalar kritis, kreatif, mandiri, beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, bergotong royong, dan berkebinekaan global,” ujar dia dalam keterangannya di Jakarta, Jumat dalam berita yang ditulis oleh Indriani 2020. Untuk itu, dibutuhkan suatu mekanisme atau gerakan penumbuhan karakter, di antaranya melalui sosialisasi, penyempurnaan pembelajaran, dan aneka kompetisi, sehingga profil Pelajar Pancasila dapat terwujud. Dengan identitas budaya Indonesia dan nilai-nilai Pancasila yang berakar dalam, masyarakat Indonesia pada masa mendatang menjadi masyarakat terbuka yang berkewargaan global, dapat menerima dan memanfaatkan keragaman sumber, pengalaman, serta nilai-nilai dari beragam budaya di dunia, namun sekaligus tidak kehilangan ciri dan identitas khasnya.
Dalam beberapa tahun kedepan, pendidikan di Indonesia mungkin dapat berubah menjadi lebih baik. Dengan begitu, tujuan agar anak bangsa memiliki karakter yang sehat pun semakin dekat. Diharapkan bahwa Generasi Milenial dapat menanamkan moral-moral pancasila dalam kehidupan sehari-hari sampai membekas dalam karakter mereka, menjaga keindonesiaan agar berubah menjadi lebih baik lagi dan berubah menjadi pemimpin-pemimpin di Indonesia yang akan memerdekakan masyarakat nantinya.