Percikan jingga dari tumpukan kayu di sisi tenda mengawang ke atas tak beraturan; membawa serta pandangan muda-mudi yang melingkarinya menuju hamparan cahaya menggantung di angkasa. Hening; pikiran menguing. bulu kuduk merinding. Ada apakah?
“Bagaimana kalau cerita di malam api unggun? Jadi saya ada satu cerita... “, ucap misterius laki-laki bertopi yang kini mulai menyorot senter satu persatu wajah ketakutan di hadapannya. Rasa kantuk yang menyerang sontak saja lenyap tergantikan raut tegang nan waspada. Tolah-toleh kepala, rapatkan kaki dan tangan, tak lupa pula semakin dekatkan diri pada kawan di kiri kanan.
Awalnya saling takut, kini justru makin terhanyut. Ketika sang pria bertopi melempar cerita sembari menyorot senter calon pendongeng selanjutnya–layaknya pertunjukkan panggung solo, cerita pun mengalir silih berganti. Masih sama tegangnya, masih sama khidmatnya. “Yang penting kalau kalian tahu sesuatu, lebih baik simpan sendiri, jangan diceritakan sama temen apalagi waktu perjalanan,” saran Gus Adi salah seorang pengajar di SMAN 3 Denpasar, selepas menceritakan kisah miliknya. Makin rapatkan jaket, makin rapatkan syal. Seketika suasana kembali mencekam, “Sepertinya ada yang ikut di sini, ikut ngobrol dia di sini,” tukas pelan pria bertopi memecah resah.
Tatkala semua yang terlibat menyiratkan gurat yang makin cemas di tengah temaram asap yang kian mengepul, sang pria kembali mengalihkan atensi, “Biar nggak tegang kita semua nyanyi dulu, lagu yang semua bisa nyanyi. Ayo dwik,” ujarnya, mengisyaratkan pada Dwika untuk mengiringi alunan yang akan bersenandung. Lagu “MP Cintaku” mengalun pelan nan hati-hati, pertanda daya para manusia yang sudah mulai menguap.
Berselang dari cerita ke cerita, malam seakan makin menelan yang belum terlelap. Sesi cerita mistis pun diakhiri dengan lantunan ‘All I Want” yang terdengar parau dan tidak jelas. Tak sedikit yang samar-samar mulai menutup mata. Tersadar akan malam yang kian larut, doa yang dipimpin Gus Adi pun menutup gundah yang tercipta. Meski begitu, beberapa menyadari ada yang terlupa karena terlewat penat. “Brifieng kegiatan besok pagi, yang penting kita yakin aja,” tutur Dwika sembari terkekeh, menjawab santai kepala-kepala yang masih resah akan penat yang dihadapi esok hari.