Alunan alat musik tradisional menggema di seantero gedung bernuansa hijau yang terletak di SMP Negeri 4 Denpasar. Sesekali terdengar suara nyanyian seorang pria paruh baya yang diikuti suara nyanyian anak-anak. Ada apakah?
Kini sang mentari berada tepat di atas kepala. Sapaan hawa panas menerpa kulit. Membuat siapapun yang tengah beraktivitas di luar ruangan ingin segera mencari perlindungan dari panasnya sang mentari. Di tengah aula besar beratapkan seng, nampak wajah anak – anak yang sangat antusias. Di Denpasar Book Fair 2019 ini, agenda kegiatannya tidak hanya sekedar pameran buku maupun kuliner tapi juga terdapat kegiatan – kegiatan seru yang dapat diikuti oleh siswa-siswi sekolah baik yang duduk di taman kanak-kanak, sekolah dasar (SD) bahkan sekolah menengah atas (SMA). Hal tersebut tentunya dilakukan demi mewujudkan tema yang digarap Komunitas Madyapadma untuk pameran buku tahunan dari Pemerintah Kota Denpasar yaitu ‘Mengisi Diri Meneguhkan Indonesia’.
Tepat pukul 12.00 Wita, pembawa acara mengajak pengunjung anak – anak untuk duduk di depan panggung. Terlihat sebuah kursi kayu coklat, pengeras suara, dan alat musik tradisional sudah tersedia. Kursi – kursi putih yang sebelumnya tersusun rapi diangkat dan dipindahkan. Antusiasme anak-anak yang hadiri acara mendongeng begitu terlihat. Senyum terus terlukis di raut wajahnya. Tawa anak – anak itu begitu lepas, menampilkan deretan gigi susu yang terkadang terlihat tidak beraturan. Nampak dua orang pria dengan wajah bak pinang dibelah dua muncul dari sisi panggung, siap menghibur puluhan murid – murid dengan seragam khas dari Sekolah Dasar 29 Negeri Pemecutan dan taman kanak-kanak Widya Kumara Pura.
Ya, I Made Taro, seniman asal Manggis, Karangasem ini berhasil membangkitkan eksistensi berbagai lagu anak-anak khas Bali seperti lagu Putri Cening Ayu, Meong-meong, Goak Maling, dan lain sebagainya. Tak hanya sekadar menuturkan cerita, pria berambut putih itu selalu menyelingi ceritanya dengan sebuah lagu sehingga tak ada satupun anak yang terlihat bosan. Terkadang I Made Taro juga memberi satu dua nasihat untuk anak-anak itu. “Kalian harus menghormati guru dan orang tua agar menjadi anak yang baik,” tutur I Made Taro mengingatkan.
Tak cukup dengan hanya mendongeng dan menyanyi, Walaupun ia sudah tidak muda lagi namun yang akrab disapa Pekak Taro ini berhasil membangkitkan suasana gedung dengan sangat apik, hal tersebut tampak dari antusias anak-anak yang sangat tinggi, suara-suara histeris, teriakan-teriakan keseruanpun terdengar hingga mengalahkan kebisingan lalu lintas yang berada disebrang jalan sana.
“Paling suka pas dongeng danau toba. Senang dan seru acara dongengnya,” aku Ni Made Sri Wahyuni salah satu siswa SDN 29 Pemecutan yang hadiri acara mendongeng di Denpasar Book Fair 2019. Siang itu ‘kehangatan’ begitu terasa di aula dengan nuansa hijau itu yang terpancar dari wajah bahagia anak-anak karena mendongeng bersama Made Taro berhasil mewarnai rangkaian acara terakhir Denpasar Book Fair 2019. (ade/dyt/sa)