Mata ketiga remaja itu menatap lurus ke arah benda elektronik pipih yang berbentuk persegi panjang tersebut. Layarnya yang cukup besar menyala menampilkan orang berkacamata dengan wajah yang asing. Ada apakah?
Pandangan ketiga remaja itu tak bisa terlepas barang sedetik pun dari benda elektronik pipih berwarna gelap yang memancarkan pantulan cahaya terang itu. Raut wajah serius ketiga remaja itu terlukis dengan jelas. Sejuknya angin sore yang masuk disela-sela dinding tersebut seolah turut warnai perbincangan mereka. Pria berkulit putih yang berada di seberang layar terlihat dengan begitu santai berbincang bersama orang yang bahkan belum pernah ditemuinya sebelum acara teleconference. Entah apa yang tengah dibicarakan keempat orang tersebut. Suara berisik orang-orang yang tengah nikmati waktunya dalam acara Denpasar Book Fair 2019, tak sedikitpun mengganggu percakapan mereka. Sesekali mereka tampak saling bertukar pertanyaan dengan menggunakan bahasa Internasional.
Apa yang dibahas pada Tele-conference pun tak jauh berbeda dengan kegiatan Denpasar Book Fair 2019. Seperti halnya pemerintah yang sedang giat-giatnya menanamkan budaya literasi kepada masyarakat, remaja-remaja yang tengah mengikuti Tele-conference pun tengah membahas kebiasaan literasi di negara lain. “Tadi Tele-conference sama salah satu orang dari Jerman. Kita bahas gimana sih literasi disana,” tutur Ni Komang Regina Ary Shanty (16). Tak hanya itu Regina juga mengungkapkan beberapa perbedaan kebiasaan literasi di Indonesia dan Jerman. “Ternyata di Jerman literasi udah dikenalin dari lama banget gak kayak disini. Disana bahkan ada lemari-lemari isi buku gitu di jalanan biar kalau ada orang yang mau baca gampang. Kalau di Indonesia kan belum ada yang kayak gitu,” tambah Regina. Waktu satu jam terasa begitu cepat tat kala mereka berbincang-bincang mengenai kebiasaan literasi di negara masing-masing.
Tak cukup rasanya hanya berbincang-bincang dengan negara Jerman, Negara Polandia pun menjadi negara yang masuk ke daftar Tele-conference pada Senin, (12/08). Negara Polandia menjadi menu utama pada teleconference di sesi kedua. Literasi masih menjadi topik utama bahasan di Tele-conference. “Topik yang kita bahas itu literasi. Seperti bagaimana litterasi disana, bagaimana cara meningkatkan literasi, dan masih banyak lagi. Perbedaan yang bisa dilihat itu sih kalau remaja di Polandia kalau mereka lagi nunggu bus misalnya mereka bakal baca buku,” ungkap Made Dwinanda Prabawa Mahardana (16). Pria berkacamata ini pun memiliki harapan sendiri mengenai literai. “Aku sedih aja sih sama orang-orang yang hanya tau kalau literasi itu hanya membaca saja, namun sebenarnya lebih dari itu, literasi itu juga bisa menulis. Jadi aku harapin semua masyarakat itu juga gemar menulis,” harapnya diakhir wawancara. (dyt/sa)