Masa pandemi Covid-19 memang tak menyurutkan semangat anak muda yang tergabung dalam Madyapadma. Seperti panitia penggalangan dana Presslist Vitual 11, yang terus berjuang mencari dana untuk event tersebut. Lantas langkah seperti apa yang diambil mereka dalam mengumpulkan dana?
Di tengah pandemi Covid-19 ini, untuk berkumpul saja susah apalagi untuk mencari sepeser uang. Tetapi tentu saja hal itu tidak menyurutkan semangat para remaja yang tergabung dalam Madyapadma. Untuk mengumpulkan uang dalam membuat event besar ini, banyak ide-ide yang dikeluarkan panitia di bidang penggalangan dana, namun tidak sedikit juga ide yang kurang tepat untuk direalisasikan.
I Gusti Agung Istri Indraswari (16) selaku koordinator penggalian dana, mengungkapkan bahwa saat itu sudah kehabisan akal dan juga ide untuk mencari dana dalam kegiatan Presslist Virtual 11. Ide mereka seperti mengumpulkan barang bekas, berjualan di depan rumah, dan lain-lain semua dirasa kurang efektif. Sampai satu hari, Ni Luh Putu Eka Kumala Niti, melemparkan satu pemikiran baru, yaitu berjualan secara online. “Karena waktu itu sekitaran bulan Oktober, semua ide dari mulai ngumpulin barbek ke rumahku atau apalah itu nggak ada yang diterima. Jadi Eka waktu itu berpikir sekarang kan jaman sudah modern dan banyak anak-anak, remaja maupun orang tua yang bermain sosial media. Terlebih banyaknya pengguna Instagram. Jadi kita ngajuin lah ide ini ke Kak Ananta dan syukurnya diterima ide kita ini, dan setelah itu terciptalah akun Instagram Warung MP ini untuk mempermudah kita jualan dengan mengenalkan makanan-makanan yang sudah kita buat serta mengunggahnya di akun tersebut,” ujar Agung Istri saat di wawancarai via online oleh tim Madyapadma online pada hari Sabtu (26/12).
Namun, karena di ruang Pradnya Paramitha sendiri terdapat banyak botol-botol, buku dan juga dokumen bekas yang tak terpakai lagi, akhirnya usaha menjual barang bekas juga tetap dijalankan. Namun masalah tidak hanya selesai sampai di situ. “Kendalanya adalah saat memilah barbek itu. Karena banyaknya barbek, kami harus memilah mana yang bisa dijual dan tidak. Selain itu, karena kurangnya anggota yang dapat membantu memilah dan mengirim barbek karena terhambat protokol kesehatan,” ujar Ni Putu Gesika Hilliana Dewi (16)
Gesika Hiliana juga membagikan peristiwa menarik yang hampir membuat kerugian saat melaksanakan penjualan barbek ini. Pasalnya, saat tengah mengangkut semua barbek ke mobil pick up, salah satu dari petugas tersebut tiba-tiba menawarkan harga dan petugas itu juga berkata bahwa harga yang ditawarinya itu lebih mahal daripada saat barbek itu ditimbang di tempat bank sampah tempat mereka bekerja. “Tapi karena kakak kelas aku bilang untuk ditimbang dulu barbeknya jadi aku memutuskan untuk ditimbang juga, Tapi petugas itu menyela dan bilang kalo barbeknya ditimbang kemungkinan kita dapet harga yang lebih murah. Tapi agar lebih pasti, kita bersikeras untuk tetap ditimbang sehingga petugas tidak bisa berkata apa-apa,” jelas Gesika Hiliana.
Akhirnya setelah ditimbang yang diduga-duga benar menjadi kenyataan. “Ternyata benar, kita dapat harga yang lebih banyak dari yang ditawarkan mereka tadi. Dan saat itu juga kita sadar untungnya memilih untuk menimbang terlebih dahulu,” ucap Gesika Hiliana di akhir wawancara. (mta)