Karya: Pande Putu Puspaningayu Agustin
Tampaknya tak lengkap rasanya jika kita tak memiliki seorang teman dalam kehidupan ini.Ya, teman yang kumaksud adalah teman yang ngerti dan benar-benar paham dengan diri kita. Seseorang yang selalu ada saat kita jatuh. Seseorang yang selalu siap menertawakan kita saat kita jatuh pula atau tentang seorang teman yang suka usil dan jahil sama kita di saat apapun. Syukurlah, Tuhan memberikanku seorang teman yang sempurna. Mungkin gak sempurna bagi kalian, tetapi bagiku dia adalah anugerah dari Tuhan yang selalu menemaniku di setiap waktuitu karena gak bisa tidur. Ayah dan Ibu kadang protes dengan permainan harpanya. Mereka bilang itu ganggu banget. Apa, sih, yang saah sama mereka? Padahal, alunan harpa Gauri itu cukup indah.
Oh iya, sebelum aku membahas lebih jauh tentang sahabatku, aku mau memperkenalkan diri terlebih dahulu. Namaku Tiara. Saat ini aku berumur 13 tahun. Dulu, ibuku sering menceritakan bagaimana kelakuanku saat aku masih kecil. Yah, kuakui aku memang nakal. Dalam melakukan kegiatan jahil dan nakal, tentunya aku didampingi oleh teman yang aku ceritakan tadi. Kata orang tak kenal maka tak sayang. Aku mau kenalin kalian sama temanku yang satu ini. Namanya Gauri. Aku sudah kenal Gauri sejak aku umur 5 bulan, lho! Kenapa aku masih ingat, ya? Mungkin karena dia sangat jahil! Ia suka mengganti channel Tv saat aku nonton kartun kesukaanku.
Gauri punya bola mata yang hitam dan besar. Warna kulitnya yang putih pucat membuatnya semakin cantik. Dia itu benar-benar perhatian sama aku! Gauri selalu peduli dan selalu hadir disaat aku sedih. Dia selalu dengerin curhatanku, keluhanku, masalahku, pokoknya semua deh! Gak Cuma dengerin, temenku yang satu ini juga rajin ngasi aku saran dan solusi. Yahh, walaupun sarannya agak ngawur dan gak logis, tapi dia selalu berhasil menghiburku. Nah, yang unik dari Gauri adalah hobbynya yang gak biasa! Dia bisa main alat musik harpa dengan sangat handal. Kadang-kadang dia suka main harpa sendirian kalau tengah malam. Aku rasa dia seperti itu karena gak bisa tidur. Ayah dan Ibu kadang protes dengan permainan harpanya. Mereka bilang itu ganggu banget. Apa, sih, yang saah sama mereka? Padahal, alunan harpa Gauri itu cukup indah.
Gauri juga teman yang sangat ajaib. Di saat ada teman yang menggangguku, Gauri selalu menolongku dari mereka. Meski aku agak heran anak-anak yang menggangguku esoknya langsung terkapar di rumah sakit. Tapi, aku tidak ambil pusing akan hal itu. Gauri merupakan sosok yang sangat friendly dan suka tersenyum lebar. Ia bahkan memiliki wajah yang sangat cantik. Rambut Gauri berwarna pirang dan sangat panjang. Aku jadi ingat pada saat pertama kali masuk sekolah dasar. Ibu guru memerintahkan kami untuk memperkenalkan diri. Lalu, Ibu guru bilang kalau rambutku yang terpanjang. Mungkin ibu guru tidak melihat Gauri yang berada disebelahku karena Gauri sibuk bersembunyi dibalik seragam sekolahku, hahahaha.
Ngomong-ngomong, Gauri merupakan temanku yang sangat berbeda dengan temanku yang lain. Bagaimana tidak? Itu karena dia punya cara jalan yang unik! Iya, dia jalan dengan cara melayang. Awalnya aku tidak mempermasalahkan itu. Tapi, setelah beberapa lama, aku baru menyadari bahwa Gauri berbeda alam denganku, dengan Ayah dan Ibu, dan kalian. Buatku itu gak jadi masalah! Emangnya kenapa kalau sahabatku itu hantu?
Pada suatu hari, Gauri tiba-tiba menghilang. Sepucuk surat yang dihiasi aroma bunga melati khas Gauri, menghiasi sudut meja belajarku. Disana tertulis “goodbye”, yang berarti
“SelamatTinggal”. Aku sangat bingung dan merasa sangat kehilangan sososknya. Aku rindu padamu Gauri. Semoga aku bisa bertemu lagi denganmu. Mungkin tidak di kehidupan ini. Mungkin tidak di alam ini.
Tiga belas Desember, hari ini adalah hari yang sangat spesial bagiku. Hari dimana tiap tahunnya, aku merayakan ulang tahunku. Tidak terasa sekarang aku berumur 17 tahun. Sudah lima tahun lamanya aku menyadari bahwa Gauri, sahabatku yang merupakan hantu telah pergi dan menghilang. Oke, gausah bahas Gauri lagi. Pokoknya, hari ini aku senang banget! Ayah dan Ibuku memberikan aku mobil sebagai hadiah ulang tahunku. Padahal, aku baru saja menyelesaikan privat mengemudiku dan aku juga belum punya SIM. Setelah makan dan ngobrol dengan Ayah dan Ibu, aku langsung tidur. Hari itu aku sengaja tidur lebih cepat dari biasanya. Rencananya besok pagi aku mau nyoba mobil baruku hehe...
Pagi itu, tepatnya pukul 07.00 aku sudah siap untuk hangout ditemani mobil baruku. Ya, hanya aku seorang diri. Tidak ada hal yang berbeda dengan kondisi jalanan pagi itu, Tetapi selama berkendara kurang lebih 30 menit aku terjebak macet yang sangat parah. Sial! Macet membuatku ngantuk, tanpa sadar aku tertidur. Tak lama setelah itu, seseorang mengetuk jendela mobilku. Seseorang anak laki-laki bersama kakak perempuannya meyuruhku keluar dari mobil, Abi dan
Rina. Dengan nada yang ramah, mereka menjelaskan bahwa kemacetan itu disebabkan oleh kecelakaan beruntun yang menewaskan 3 orang. Sungguh malang nasib mereka, apalagi yang kudengar salah satu dari mereka adalah anak kecil.
Karena mobil yang terlibat dalam kecelakaan beruntun tidak mudah diderek, kemacetan terus bertambah. Dan kesialanku gak sampai disana, karena aku tadi tidur dengan polosnya, mesin mobilku tetap menyala saat aku tidur. Ya, bensinku habis dan mobilku mogok! Untungnya Abi dan Rina menyarankanku untuk menginap di sebuah penginapan di dekat sana, mereka juga dengan sukarela menemaniku. Pada malam hari, Abi mengajakku untuk berkeliling dan melihat lokasi beruntun tadi.
Setibanya disana aku melihat setidaknya ada 5 mobil yang rusak sangat parah. Polisi masih berlalu lalang di jalan tersebut, walaupun tidak seramai tadi pagi. Di belakang ambulans, aku melihat 3 mayat yang telat diletakkan di tas mayat berwarna oranye. Memang benar, salah satu korbannya adalah anak kecil aku rasa tinggi anak kecil itu sama seperti Abi. Malam itu, aku baru menyadari bahwa aku belum mengabari orangtuaku kalau aku terjebak di sini. Tidak ada sinyal di sini. Ah, kesal! Orang-orang di sekitar lokasi kecelkaan tampaknya tidak menghiraukan keberadaan kita. Buktinya, saat aku ingin meminjam handphone seorang polisi, polisi itu sama sekali tidak menggubrisku.
Tak selang lama, ada sebuah mobil yang tiba di lokasi kecelakaan. Dua orang turun dari mobil tersebut. Aku rasa mereka adalah orangtua dari korban. Mereka tampak sangat sedih. Untuk memastikan identitas anaknya, polisi segera membuka salah satu kantung mayat tersebut. Betapa terkejutnya aku, orang yang ada dalam kantung mayat itu adalah diriku! Aku merasa bingung, Abi dan Rina juga sama bingungnya. Yang lebih membuatku kaget, aku melihat Gauri dengan senyum hangatnya menyapaku.
“Hai, Tiara. Lama tak berjumpa. Aku rasa aku telah mengabulkan doamu saat kau meniup lilin di kue ulang tahunmu kemarin,” ujarnya. Memang benar, salah satu keinginanku adalah bertemu Gauri lagi. Akan tetapi aku masih sangat menyayangi orangtuaku.