Karya: Putu Masayu Cahyaning Lestari
Hari itu,
aku hampir kecewa.
Aku mungkin tidak akan dapat menyaksikan senyuman bangga dari ayah dan ibuku.
Hari itu juga,
aku hampir bahagia.
Setidaknya aku bisa membuktikan diriku sepenuhnya,
Sejak detik ini.
Tangan kecilku memegang kaki kursi agar aku bisa berdiri.
Berkali kali terjatuh, aku tidak akan menyerah.
"Hei. lihat itu dia bahkan belum bisa berjalan dengan baik tanpa bantuan ibunya," tutur mereka.
Aku mendengarnya.
Walau aku masih kecil, tapi otakku bisa menangkap jelas arti kalimat tersebut.
Perasaanku berperang seorang diri.
“Ah tapi, Bagaimana kalo hal yang mereka ucapkan benar?” tegurku dalam diam.
Sungguh,
Aku tidak ingin mengecewakan siapapun.
Ibu dan ayahku,
Terlebih keluargaku.
Kala hari berganti,
Peganganku pada kaki kursi sangat kuat,
Aku berusaha meyakini diriku,
bahwa aku bisa seperti anak lainnya.
Aku terpejam meramalkan doa,
Sedikitnya untuk berhasil berdiri tanpa bantuan orangtuaku
"Hei!! anak ayah sudah mulai bisa berdiri yaa," tutur ayah dengan suara pekikannya.
Jantungku berpacu,
Sungguh kah?
Mantra sihir itu kembali terdengar,
"kenapa tidak membuka matamu? lihat kau bisa berdiri sekarang!"
Sejak detik itu,
Aku terpaku.
Menatap ayah dengan senyuman kecilnya.
Aku tersentak melihat sepasang kakiku yang tidak goyah lagi.
Sejak hari itu,
Aku berhasil untuk pertama kalinya.