Karya: Putu Masayu Cahyaning Lestari
Dalam beranda hitam
Engkau bersinar seterang gemintang
Berdiam diri, seorang diri
Menatapku dari gelap kejauhan,
Ah.. atau itu hanya bayanganku saja?
Derap langkah kaki kecilmu perlahan mendekat
Bersikeras sekali kau memanggil-manggilku dari kejauhan
Tetapi sekeras apapun raga ini ingin membuka mulutnya,
Suaranya tercekat oleh keraguan dalam dirinya.
Aku ingat,
Senyum manis sekilas terpatri dalam wajahmu
Percakapanmu tak pernah redup sedetik pun
Hingga tawamu seakan mampu membuat sang purnacandra kembali
Dalam diri aku bertanya, "Sebegitu hebatkah hubungan kita, kawan?"
Andai saja kau tahu, betapa derasnya deburan ombak menyelimuti karang,
Tatkala kau menginjakkan kakimu di tanah lamamu
Berlarian kesana kemari untuk menyusuri pertiwimu
Barangkali, kau dapat menetap lebih lama
Menemani keheninganku di setiap malam
Di antara datang dan satu kali pergi,
Bergema lonceng alam berbunyi
"Waktumu untuk semesta telah tiada."
Tak ada yang bisa ku harapkan,
Selain untuk menunggumu berkunjung di lain waktu.