Hidup berkecukupan dan memiliki segudang prestasi tak membuat Putu Prianka Putri Widiastari hanya berdiam diri di masa pandemi. Siapa sangka, hanya bermodalkan ilmu yang ia miliki kini berhasil menjadi ladang tuk menghasilkan pundi-pundi rupiah.
Kerap menjuarai lomba-lomba bergengsi sejak duduk di bangku sekolah dasar tak membuat Putu Prianka Putri Widiastari atau biasa dipanggil Prianka ini puas akan segala pencapaiannya. Justru hal tersebut menjadi acuan bagi gadis berparas ayu ini untuk terus mengukir prestasi. “Prestasi aku sewaktu SD bisa dikatakan lumayan banyak. Saat kelas 3 aku meraih medali perunggu OSK Kuark Nasional 2013, saat kelas 4 meraih Silver Medal AIMO Mathematic International, dan ketika kelas 5 meraih bronze medal di lomba yang sama,” tutur gadis berkaca mata itu saat diwawancarai via online oleh Tim Madyapadma pada Selasa (23/02). Tak berhenti sampai di sekolah dasar, prestasi Prianka terus mengalir hingga saat ini. Di tahun 2019, putri dari pasangan I Putu Gede Wijanegara, S. T. dan Ni Kadek Eli Budiartini ini berhasil mengantongi medali emas dan piala bergilir Undiksha Gema Lomba Biologi serta piala bergilir dan medali emas cabang fisika Universitas Udayana. Namun dibalik pencapaiannya yang luar biasa, kegagalan tentu lebih dulu Prianka rasakan. Gadis kelahiran Denpasar, 18 Oktober 2004 ini mengaku bahwa lomba-lomba tersebut menjadi tantangan bagi dirinya untuk membuktikan sejauh mana kemampuannya.
Tak ingin menyia-nyiakan ilmu yang dimiliki, Prianka kini mengajar sejumlah siswa sekolah dasar khususnya di mata pelajaran IPA. Meski masih belia, namun gadis periang berambut hitam legam ini tak ragu untuk berbagi ilmunya. Berawal dari rasa bosan sekolah online dan kurangnya biaya untuk belajar persiapan olimpiade membuat Prianka nekat terjun menjadi seorang guru di usia remaja. “Aku suka ngajarin orang, apa yang kita ajarin ke orang secara tidak sengaja ternyata nyantol di otak atau bahkan bisa dipahami lebih dalam sama diri kita sendiri. Kebetulan juga buku-buku yang aku perlukan mahal dan lumayan menguras kantong, jadi aku inisiatif untuk cari uang sendiri biar tidak merepotkan orang tua,” ujar gadis penyuka warna pink dan biru ini.
Menjadi anak sulung dari dua bersaudara membuat Prianka merasa memiliki tanggung jawab dan tak ingin terus-terusan bergantung pada orang tua. Sebelumnya, Prianka sempat membantu sang ibu berjualan kue dan puding, namun terhenti sebab jadwal sekolahnya yang padat. Perempuan berusia 16 tahun ini juga pernah mendaftarkan diri menjadi seorang penyiar radio sebelum akhirnya banting setir menjadi seorang pengajar. Sayangnya usia yang belum cukup menjadi alasan Prianka tidak melanjutkan hal tersebut. Tak disangka bahwa aksi banting setirnya ini berbuah manis. Siswi SMAN 4 Denpasar yang kini duduk di kelas X ini kini menjadi tutor siswa SD yang akan mengikuti olimpiade ke tingkat Provinsi. “Syukurlah sekarang semua kebutuhan pribadiku dan adik sudah aku yang biayain. Jadi selagi aku masih ngajar, aku bisa membiayai diri sendiri,” ujarnya. Di sela-sela mengajar, Prianka tetap giat menuntut ilmu untuk mewujudkan cita-citanya menjadi seorang biologist. ”Kalau mau sukses, harus berani gagal. Gagal itu sebenarnya jalan untuk menuju keberhasilan,” pesan Prianka di akhir wawancara. (cpd)