Covid-19 di Indonesia masih seperti banjir yang kian meninggi. masyarakat dipaksa untuk melakukan segala aktivitas di rumah, dan tentu akan berimbas dengan melonjaknya penggunaan listrik. Lantas bagaimana pendapat masyarakat terkait hal ini ?
Sejak Covid-19 diumumkan pertama kali oleh pemerintah pada Maret 2020 lalu, Covid-19 seakan tak ada hentinya membanjir hampir di setiap daerah di Indonesia. Ledakan Covid-19 akhirnya-akhir ini tak hayal membuat pemerintah Indonesia kembali memberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) dan gencar menghimbau masyarakat untuk tetap di rumah saja.
Hasil survei dari Alvara Research Center tahun 2020 menunjukkan, rata-rata durasi aktivitas di rumah selama pandemi terbanyak untuk tidur, yaitu selama 6,5 jam per hari. Aktivitas terlama selanjutnya adalah untuk bekerja selama 6,1 jam, istirahat 1,8 jam, dan membuka sosial media sebanyak 1,7 jam per hari. Dengan banyaknya aktivitas masyarakat di rumah ini tentu berimbas pada penggunaan listrik yang berlebihan oleh tiap rumah tangga.
Ini dapat dilihat dari keterangan Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Rida Mulyana yang memaparkan, konsumsi listrik per kapita nasional berada di level 1.089 kWh/kapita pada tahun 2020. Jumlah ini setara 95% dari target yang ditetapkan pemerintah sebesar 1.142 kWh/kapita.
Bagi Putu Mirah Wahyu Subagia Putri (17) selaku siswa SMA Negeri 3 Denpasar mengaku kalau sebagian besar setiap kegiatan sebagian besar menggunakan listrik, "Jadi aku agak susah mengakumulasinya. Tapi aku bisa perkirakan pakai kisaran 22 jam. Sudah termasuk main HP, laptop, lampu, dispenser buat angetin air setiap malam sama pagi." Aku Mirah saat di wawancara oleh tim Madyapadma-online via online pada Rabu (7/7).
Pada bulan Desember tahun 2020, Direktur Pembinaan Program Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Jisman Hutajulu mengatakan bahwa konsumsi listrik terbesar terjadi di wilayah Bali. Konsumsi listrik di daerah tersebut naik hingga 21,21 persen akibat dampak pandemi Covid-19. Menurut Desak Putu Winarti (45) selaku perawat dari Rumah Sakit Dharma Yadnya mengaku mulai tahun 2021 penggunaan listrik mulai meningkat. "Apalagi Covid-19 di Denpasar mulai naik lalu kemungkinan banyak yang pakai listrik terutama di rumah sakit dan juga di rumah mulai pakai banyak listrik karena kebutuhan sekolah anak-anak." Ujar Desak.
Pada data tahun 2020, konsumsi listrik golongan pelanggan rumah tangga pada periode work from home (WFHTV) yang berlanjut dengan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Jawa Barat (Jabar) naik 13%-20% per bulan. Di sisi lain, konsumsi listrik industri turun 40%, bisnis turun 20%, sosial dan pemerintah masing-masing turun 10%. "Selama diam di rumah lebih ke penggunaan alat elektronik seperti setrika, kulkas, TV, magic com. Kalau alat di rumah sakit mungkin banyak banget yang digunakan," tutur Desak.
Meski begitu, langkah menghemat energi turut diterapkannya dalam keseharian. Begitu pula ketika mengurus rumah tangga dan beraktivitas bersama keluarga sepanjang hari. "Untuk penghematan listrik diharapkan tetap produktif baik yang sedang kegiatan di rumah maupun d luar rumah. Itu sebenarnya kebutuhan kita apa saja," tutup Mirah. (krn/ckf/cd)