Mereka tiba. Saudara dari pulau seberang dengan para pimpinan berjaket merah, pasukan berjaket biru tua dan berseragam putih sebagai prajurit. Didampingi orangtua berbaju merah, mereka siap mengeksplorasi Trisma.
SMAN 3 Denpasar bukan hanya menjalin persahabatan dengan SMA-SMA di Bali, tapi juga di luar pulau. Pada Senin (23/2) Trisma kedatangan tamu dari SMAN 2 Palu, Sulawesi Tengah. Mereka datang dalam rangka studi banding dan sharing mengenai budaya sekolah satu sama lain. "Ini merupakan salah satu program OSIS SMA kami setiap tahunnya,” ungkap Amir Lagandeng, M. Pd, wakasek kesiswaaan bagian data SMAN 2 Palu. “Tahun sebelumnya kami mengunjungi SMAN 1 Denpasar dan SMAN 4 Denpasar, juga dalam rangka studi banding.” tambahnya.
SMAN 2 Palu tiba di Trisma pada pukul 08.30 WITA. Rombongan terdiri dari 50 orang yang terdiri dari Kepala Sekolah bernama Dra. Hj. Badra Lahay, M.Si, guru-guru, MPK, OSIS dan siswa siswi kelas X dan XI. Rombongan dibawa naik ke Ruang Pertemuan dan disambut oleh para wakasek dan OSIS Trisma. Sembari beristirahat, pada awal pertemuan juga dijelaskan mengenai keadaan sekolah Trisma sebagai awal sebelum mereka berkeliling.
Disinilah, para rombongan banyak bertanya untuk mengetahui lebih lanjut sistem pembelajaran dan organisasi Trisma. Pertanyaan didominasi menyangkut kurikulum 2013 dan program kerja OSIS. Cara penulisan raport mengikuti kurikulum 2013, perekrutan anggota OSIS, pembentukan MPK dan masalah keuangan dalam menjalankan program kerja OSIS di Trisma juga menjadi acuan bagi mereka. Lalu, mereka berkeliling sekolah untuk melihat lebih nyata keadaan infrastruktur gedung Trisma.
Setelah mendengar uraian dan berkeliling Trisma, tentu banyak ada perbedaan budaya antara Trisma dan SMAN 2 Palu. Rex Firenze (16) mengatakan bahwa perbedaan yang paling menonjol terdapat di kedisiplinan. “Jadi kami disana mulai masuk jam 07.15 pagi, itupun masih ada yang telat. Sekolah lain di Palu ada yang mulai masuk jam 07.30 pagi.” katanya. “Persamaannya, kami kelas 10 dan 11 memakai kurikulum 2013, dan kelas 12 masih memakai kurikulum KTSP 2006.” tuturnya.
Ketua MPK SMAN 2 Palu, Muhammad At-Tariq berpendapat lain. “Budaya disini sangat berbeda dengan kami. Lebih disiplin, teratur dan tertib. Disini guru mau turun tangan mengatasi murid, kami disana hanya MPK dan OSIS yang mengatur sehingga agak susah karena sesama teman.” ceritanya. “Melalui studi banding ini kami harap teman-teman kami sadar kekurangannya dan mau merubah diri, agar sekolah kami bisa maju seperti disini.” jelasnya. (ima)