Layaknya tradisi yang diberi sentuhan modifikasi. Lomba kording kembali dilaksanakan pada Selasa (20/12), namun dengan sistem yang tak biasa.
Waktu menunjukan pukul 17.00, menandakan berakhir sudah kegiatan lomba koran dinding yang dilaksanakan pada hari Selasa (20/12). Lomba koran dinding atau yang kerap disingkat kording menjadi salah satu poin utama dalam kegiatan Presslist setiap tahunnya. Sempat tertunda dua tahun akibat hantaman pandemi, kali ini kembali diselenggarakan dengan sistem hybrid melalui aplikasi zoom meeting di sekolah masing-masing peserta.
Lomba ini berlangsung selama tujuh jam dari pukul 10.00 - 17.00 WITA. Di mana pembukaan yang meliputi pembacaan ketentuan dan teknis lomba, pembagian tema berbeda untuk tiap tim, serta persiapan masing-masing tim berlangsung selama satu jam. Hingga waktu menunjukkan pukul 11.00, peserta akan memilih breakout room narasumber untuk melakukan wawancara hingga pukul 13.00. Kemudian proses pengerjaan dilakukan dari pukul 13.00 - 17.00 dalam selembar kertas A0.
Walaupun menggunakan sistem hybrid, sistematika lomba mampu terlaksana sebagaimana mestinya seperti saat pelaksanaan offline. Sistematika yang serupa, dari pembagian sub tema di hari yang sama, hingga proses wawancara layaknya jumpa pers dengan narasumber yang berjumlah enam orang.
Breakout room menjadi dinding pemisah antara tim satu dan yang lainnya. Selain itu, tiap narasumber juga dipisahkan dalam breakout room nya masing-masing. Tiap breakout room pun diawasi oleh seorang panitia. Sehingga kegiatan berlangsung lancar dan tetap terkendali.
“Astungkara lomba kording ini sudah sesuai rencana, meskipun pada awalnya rencana terbentuknya lomba ini itu belum memiliki gambaran yang jelas, sampai akhir nya kita coba-coba dan memutuskan untuk menggunakan sistem hybrid,” ungkap Putu Masayu Cahyaning Lestari (17), selaku koordinator bidang lomba kording.
Menurut ketua sie lomba kording yakni Rico Majesty Daniel Mitra (16), lomba kording ini dapat melatih siswa berpikir kritis dalam menelaah tema yang diberikan, ketelitian, serta kerja sama antar tim dalam pembagian tugas agar karya yang dihasilkan maksimal dengan waktu yang telah ditentukan. Mengusung tema “Jati Diri Keindonesiaan : Menyentuh Kemanusiaan, Memperteguh Keadilan Sosial” sejalan dengan tujuan diadakannya kegiatan ini. “Kita ingin meminimalisir terhambatnya kreativitas dari peserta khususnya siswa SMP di Bali agar mereka bisa lebih terampil untuk menuangkan kreativitas, inovasi, bahkan inspirasi mereka terkait permasalahan yang terjadi di Indonesia dengan tulisan bahkan dari segi layout dalam sebuah karya bernama koran dinding,” ujar Masayu.
Menggaet 5 tim dari berbagai SMP di Denpasar untuk berkompetisi dengan sistem yang tak biasa menjadi tantangan tersendiri bagi mereka. Gangga Dewidhasi Aryawan (15) sebagai salah satu peserta lomba mengatakan, “Lombanya sudah cukup baik, cuma agak sulit diperpaduan antara on the spot dan daringnya itu. Sempet bingung itu kaya gimana konsep lombanya”.
“Sebuah pengalaman yang menarik, kegiatan ini menurut saya penting sekali untuk diadakan, karena dengan adanya lomba kording ini jurnalistik akan lebih dikenal oleh anak - anak muda,” ungkap salah satu peserta yakni Putu Shira Adina Nirwasita (14), dengan antusias. Respon positif yang didapat membuat Masayu berpesan kepada pengurus madyapadma selanjutnya agar dapat menambah jangkauan peserta hingga nasional di Presslist selanjutnya. (mp)