Oleh: Cokorda Istri Niti Laksmi Dewi
Kondisi pandemi seperti saat ini berimbas pada pelaku sektor pariwisata. Seperti pengelola hotel, villa, travel, guide, pekerja restoran, bahkan masyarakat di sekitar objek wisata juga merasakan dampaknya. Banyak dari mereka yang dirumahkan dan tidak ada kejelasan kapan mereka bisa bekerja kembali. Perekonomian mereka kini menjadi masalah. Tidak ada pemasukan tetapi tetap harus mengeluarkan demi bertahan hidup. Belum lagi jika ia harus menghidupi seluruh keluarganya, rasanya untuk diri sendiri saja belum tentu terpenuhi.
Oleh karena itu, sebagian besar dari mereka memilih memulai usaha kecil-kecilan dan berharap bisa mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tidak heran sekarang semakin banyak penjual nasi jinggo di pinggir jalan, terlebih sang penjual adalah bapak-bapak atau para pemuda yang biasanya rajin nongkrong dengan temannya. Di mana kebanyakan penjual nasi jinggo adalah perempuan.
Banyak juga ditemukan pedagang sate pinggir jalan adalah seorang perempuan muda, di mana yang biasanya memanggang sate lazimnya adalah bapak-bapak atau pemuda. Semua itu kini lazim dan tidak aneh, bahkan bisa menjadi daya tarik bagi pembeli karena berbeda dari pedagang lain dengan usaha sejenis. Hal itu dilakukan untuk memenuhi kebutuhannya.
Aneka kuliner buatan rumah kini juga berkembang pesat, seperti donat, bakwan keladi, donat mie, dan aneka keripik menjadi banyak peminat, hingga varian kuliner baru seperti dessert box dan es kopi dalgona . Di Bali sendiri terdapat pizza dengan varian toping sambal matah yang juga menjadi incaran. Tren makanan seperti ini memberi peluang bagi para pekerja yang dirumahkan untuk memulai usaha baru.
Berbagai varian kuliner tersebut merupakan salah satu hasil dari ide dan kreativitas selama pandemi. Bisa dikatakan kondisi pandemi sedikit mambawa pengaruh positif. Dengan adanya kreativitas dan akses media sosial sebagai sarana pendukung promosi, maka usaha rumahan dapat berkembang. Dengan adanya usaha kecil rumahan seperti ini setidaknya dapat menggerakkan roda perekonomian Bali yang nyaris berhenti.
Usaha-usaha ini perlu dukungan dari pemerintah dan juga masyarakat. Pemerintah dapat memberi dana bantuan modal, dengan begitu para pekerja yang dirumahkan tidak kesusahan mendapatkan modal untuk memulai usaha baru. Selain itu, pemerintah juga dapat memberi kemudahan perizinan bagi usaha baru tersebut.
Selain peran pemerintah, peran dari masyarakat juga tak kalah penting. Masyarakatlah yang akan menjadi konsumen dari barang yang diperdagangkan. Diharapkan, masyarakat lebih memilih produk-produk lokal untuk mendukung usaha-usaha rumahan tersebut agar bisa berkembang dan kontinyu. Sebagai timbal baliknya, usaha-usaha tersebut harus dapat memberikan produk dengan kualitas yang baik serta meningkatkan kreativitasnya agar dapat menghasilkan berbagai inovasi produk sehingga masyarakat tertarik membeli berkali-kali, tidak hanya sekali. Masyarakat juga berperan dalam mempromosikan usaha tersebut dengan menyebarkan informasinya sehingga diketahui banyak orang.
Kondisi seperti ini juga memberi pelajaran untuk tidak menitikberatkan pemasukan daerah hanya pada sektor tertentu saja, seperti halnya Bali yang mengandalkan sektor pariwisatanya karena masih banyak sektor-sektor lain yang dapat dikembangkan untuk menunjang perekonomian, contohnya usaha kecil rumahan. Usaha rumahan perlu dukungan lebih dari berbagai pihak. Dengan ide dan kreativitas, usaha rumahan bisa berkembang dan dapat menggerakkan ekonomi.