Memperoleh dana di tengah hantaman pandemi layaknya mencari jarum di antara tumpukan jerami. Namun insan Madyapadma tak gentar, Presslist Virtual 12 tetap harus berjalan.
Dua tahun sudah, virus yang acap kali disebut Covid-19 ini pun tak kunjung angkat kaki. Mau tak mau, berbagai acara diadakan secara daring dalam dua tahun terakhir. Sama hal nya dengan tahun lalu, Presslist tahun ini diadakan lagi secara virtual dengan mengusung tema “Meneguhkan Jati Diri, Menguatkan Keindonesiaan". Berbagai upaya telah dilakukan guna menyukseskan Presslist Virtual 12. Salah satunya, penggalian dana yang menjadi tantangan besar di tengah pandemi.
Putu Jyotira Dias (16) selaku koordinator bidang penggalian dana mengatakan bahwa, ada beberapa kegiatan yang dilakukan dalam rangka memperoleh dana untuk Presslist Virtual 12, di antaranya adalah pengumpulan barang bekas dan mencari sponsor. Selain itu, dana tambahan juga didapat dari biaya pendaftaran peserta lomba. Namun sayang, suksesnya acara nyaris terpelanting deadline. “Karena aku baru diinfoinnya h-seminggu Presslist alias mepet, jadi kita baru ngerencanain jadwal pengumpulan dan penjualan barang bekas aja. Untuk sponsor aku masih nunggu info panitia inti. Setahuku ada juga dana dari sekolah, itu panitia inti yang ngajuin proposalnya ke sekolah, tapi kayaknya dananya belum turun,” aku Jyotira saat diwawancarai tim Madyapadma online pada Minggu, (26/12).
Tidak sampai di situ saja, tantangan berat lain pun dirasakan oleh Jyotira selama mengkoordinir kegiatan penggalian dana. Ia mengaku, “Kendala lainnya juga karena promosi poster lombanya mepet sama deadline lomba. Peserta lombanya belum memenuhi target, jadi target dana juga belum terpenuhi. Kendala lain yang paling berdampak adalah susahnya komunikasi antar panitia karena online. Jadi besar kemungkinan adanya miskomunikasi.”
Kegiatan penggalian dana kian dipersulit lantaran Jyotira dan tim belum memastikan sponsor yang akan mendukung kegiatan Presslist tahun ini. Padahal, puncak acara sudah hanya dalam hitungan jari. “Sebagai orang yg lebih suka menyiapkan sesuatu dari jauh hari, pasti lah agak ketar-ketir jadinya bakal kayak gimana, dananya bakalan tercukupi atau nggak. Tapi nothing is impossible bagi Madyapadma, kita percaya mestakung (semesta mendukung –red),” ujar Jyotira.
Berbanding terbalik dengan Adi Sanjaya (18) selaku koordinator pengumpulan barang bekas yang justru menikmati tiap proses penggalian dana. Ia mengaku bahwa merasa senang selama kegiatan pengumpulan barang bekas. “Berdua hujan-hujanan waktu ngumpulin barang bekas, tapi seru sih dan alangkah baiknya kita mengerjakan sesuatu yang benar-benar kita nikmati,” tutur Adi Sanjaya.
Situasi pandemi bukan lah akhir dari segalanya. Melainkan titik tumpu dimulainya bagaimana cara kita mengasah kemampuan dan melewati segala rintangan di tengah peliknya situasi pandemi ini. “Corona merupakan sebuah peluang, bagaimana cara kita berinovasi dan menemukan cara untuk mengatasi masalah,” pungkas Adi Sanjaya di akhir wawancara. (skr / cit)