Oleh : Ni Luh Nitya Sawitri
Tidak berlebihan jika Bali diberi gelar sebagai “The Last Paradise” atau “Surga Terakhir”. Pulau ini menyuguhkan keindahan alam serta keunikan masyarakatnya yang terkenal ramah dan jujur. Nilai-nilai kehidupan luhur dan budaya yang dilestarikan secara turun-temurun, menjadi nilai tambah tersendiri bagi mata wisatawan.
Bali memiliki bentang alam yang mempesona, seperti lanskap pantai dengan keelokan sunset di kala senja tiba, sampai lautan awan di kawasan gunung yang memikat hati. Tidak hanya pesona bahari, tapi mata juga akan dipukau oleh areal persawahan dengan sistem terasering. Selain untuk memperkecil kemiringan lereng, sistem tersebut secara tidak langsung memberikan kesan estetika bagi penikmatnya. Oleh karena kepermaiannya, label yang disematkan untuk pulau ini semakin kuat, apalagi setelah keran pariwisata dibuka. Julukan itu, membuat orang berbondong- bondong ke Bali, dan mencecap sedikit kenikmatan ‘surga terakhir’.
Seiring berjalannya waktu, alam Bali tidak lagi perawan. Banyak tangan-tangan jahil menodai harta yang selama ini dijaga. Tidak dapat dipungkiri bahwa mengubah dan merusak alam demi tujuan tertentu, menjadi tradisi baru bagi manusia. Urbanisasi, alih fungsi lahan, serta tindakan lain yang berpengaruh buruk bagi keragaman hayati, juga semakin marak terjadi. Lambat laun, mata wisatawan tidak lagi dimanjakan oleh eloknya panorama Bali. Dengan alam yang tidak lagi indah, apakah Bali masih pantas disebut ‘surga terakhir’? Atau masih banyak diluar sana, tempat indah yang belum terjamah dan lebih pantas disebut ‘surga terakhir’?
Masyarakat bali seharusnya gusar dengan situasi ini. Sebagai daerah pariwisata, Bali seharusnya menawarkan hal yang jarang ditemukan di wilayah lain, seperti kepermaian panoramanya. Pudarnya keindahan alam Bali, ditandai dengan lautan yang tidak lagi panen biota laut, tapi malah penuh dengan sampah. Limbah plastik yang seharusnya berkurang, kini kerap terlihat melilit pohon-pohon mangrove yang melindungi pesisir dari terjangan ombak. Pada bulan Januari, ada puluhan ton sampah laut yang diangkut dengan alat berat di Pantai Kuta. Tampak lebih dari 100 orang turun tangan untuk mengumpulkan limbah yang ada di pasir. Selain itu, banyak masyarakat yang memilih untuk menggunakan kendaraan bermotor, sehingga memicu polusi udara.
Masalah yang terjadi tidak muncul begitu saja, pasti ada hal yang memicu. Industri pariwisata yang selama ini diandalkan, ternyata menjadi salah satu faktor kerusakan alam yang terjadi. Hal ini dikarenakan, pariwisata menargetkan jumlah wisatawan. Sehingga, wisatawan dengan jumlah yang besar seringkali mengabaikan dan menganggap remeh kebersihan wisata alam yang kita jaga. Selain itu, apabila dilihat dari segi pelajar, mungkin hanya ada 10 dari banyak siswa di sekolah yang peduli terhadap lingkungan. Ego manusia yang berlebihan serta rendahnya kesadaran masyarakat, membuat mereka bersikap acuh-tak-acuh terhadap masalah yang terjadi. Jika, hal ini terus menerus dilakukan, maka akan menyebabkan rusaknya lingkungan hidup.
Melestarikan keindahan Bali, merupakan tindakan yang seharusnya kita lakukan. Kesadaran untuk menjaga lingkungan adalah hal mendasar yang harus dimiliki untuk menghindari alam dari kerusakan. Mulai dari hal kecil, seperti membuang sampah pada tempatnya, meminimalisir penggunaan plastik, sampai melakukan reboisasi. Setidaknya, sebagai seorang pelajar, kita bisa saling mengingatkan untuk menjaga kebersihan kawasan terdekat. Menerapkan kegiatan memilah sampah, gotong royong secara berkala, dan pembuatan green house, akan meningkatkan rasa peduli siswa terhadap lingkungan sekitar. Disamping itu, polusi udara yang terjadi, dapat ditekan dengan mengurangi penggunaan kendaraan bermotor, dengan menggunakan kendaraan yang lebih ramah lingkungan, seperti sepeda. Проституция - не порок, а способ найти лучший вариант для секса у шлюхи Сочи . Они умеют делать минет и хорошо заниматься любовью.
Andaikata, keelokan Bali tidak kembali dilestarikan, maka label ‘surga terakhir’ akan memudar. Padahal, banyak pelosok daerah yang masih menawarkan tempat-tempat indah dengan pemandangan eksotis dan mengagumkan. Untuk itu, kebersihan, kelestarian, kesadaran masyarakat, dan kenyamanan menjadi kunci utama, agar keindahan yang dimiliki dapat tetap dipertahankan.