“Iya soalnya mungkin dari hati, jadi gak kerasa bosan atau capek hehe,” ucap singkat gadis berparas ayu ini ketika di tanyai seputar dirinya dan bidang yang ia tekuni pada Rabu (01/03) siang.
Gadis Bali! Mungkin kata itulah yang tepat untuk menggambarkan sosok gadis cantik dengan segenap potensi ini. Kadek Dinda Suryadewi atau yang lebih akrab disapa Dinda adalah salah seorang siswi berprestasi di SMAN 3 Denpasar. Gadis penyuka warna biru ini menggeluti bidang tarik suara, namun bukan lagu pop atau lagu barat yang ia senandungkan, melainkan ayat ayat suci dalam agama hindu atau yang lebih dikenal dengan kidung.
Dinda sudah belajar mekidung sejak kelas 3 SD. Alumni SDN 3 Ubung ini mengaku belajar mekidung secara otodidak, tidak ada guru, yang ada hanya ia dan telinganya yang setia mendengarkan lantunan nada yang sering dikidungkan oleh sang Ayah. Berawal dari senang mendengarkan sang Ayah mekidung, akhirnya hati Dinda tergerak untuk mencoba belajar dengan ayahnya. Pada awal belajar mekidung, Dinda merasa kesulitan untuk menyesuaikan nada-nada. Tidak jarang Ayahnya sampai geregetan saat mengajari Dinda. “Kok gini aja gak bisa – bisa, padahalkan udah diulang – ulang dari tadi,” ucap gadis berambut ikal itu menirukan ucapan ayahnya. Ayahnya bukanlah seorang professional dibidang kidung, namun berkat kegigihan dan ketulusannya membimbing sang buah hati, akhirnya Dinda bisa menjuari berbagai lomba mekidung. Kurang lebih sudah 40 piala yang diraihnya sejak duduk di bangku SD.
Dari banyaknya prestasi yang sudah diraihnya tidak bisa dipungkiri usaha yang dilakukannya. Gadis berzodiak Taurus ini mengaku beberapakali mengalami hal pahit dalam mengarungi karirnya. Dinda mengaku kerap kali setelah tampil lomba, ia akan mendapat kritikan pedas dari sang guru dan juri. Sampai – sampai ia kerap menangis di belakang panggung. Air mata yang ia keluarkan bukanlah sia-sia, buktinya ia tidak jarang memborong piala untuk diberikan ke sekolah tercintanya. Bukannya malah takut atau berputus asa, cobaan-cobaan itu malah membuatnya lebih kuat dan lebih tertantang lagi untuk belajar.Tidak hanya dibidang suara, Gadis kelahiran Denpasar, 26 April 2000 ini juga ahli dalam menari dan memainkan alat music tradisional Bali seperti gamelan.
Baru – baru ini Dinda terekrut sebagai anggota dari Kader Pelestari Budaya Kota Denpasar. Yaitu sebuah organisasi dibawah naungan Dinas Kebudayaan Kota Denpasar. Kegiatan dari organisasi tersebut tidak lain adalah melakukan bhakti sosial, mengenalkan kesenian Bali dan juga melakukan beberapa aksi peduli lingkungan. Tidak hanya Dinda, namun masih banyak ada seniman – seniman muda berbakat yang terekrut juga di dalamnya. Seolah tak mau kelewatan, Pemerintah Kota Denpasar mengapresiasi dengan baik hasil jerih payah yang dilakukan seniman – seniman muda yang telah aktif melestarikan budaya Bali, seperti yang dilakukan Dinda dan kawan – kawannya. Tidak hanya penghargaan berupa piagam, kerap kali seniman muda ini juga diberikan penghargaan berupa materi.
Dinda mengaku semua lomba dan kegiatan yang diikutinya adalah murni dari niatnya sendiri. Tidak ada suruhan atau paksaan dari orang lain. Tidak peduli dapat atau tidaknya ia penghargaan, ia akan tetap bersikukuh untuk melestarikan kebudayaan yang ia dan masyarakat Bali miliki. Semua kesulitan dan pengalaman pahit yang ia alami adalah sebuah tantangan baru baginya. Karna baginya berkreasi dan berinovasi adalah hidup yang sebenarnya. (git)