“Bagi saya, berapapun hasil yang saya dapatkan itu tidak masalah. Karena rezeki sudah diatur oleh Tuhan untuk umatnya,” ujar Nyoman Ngawit, satu diantara pedagang di Lapangan Puputan Badung Denpasar.
Kota Denpasar memiliki beberapa ruang publik yang hijau dan cocok digunakan sebagai tempat rekreasi. Satu diantaranya adalah Lapangan Puputan Badung I Gusti Ngurah Made Agung yang terletak di persimpangan titik nol Kota Denpasar, Catur Muka. Lapangan Puputan Badung memiliki beberapa fasilitas yang disediakan untuk masyarakat di beberapa titik, seperti area olahraga, area taman bermain, area merokok, panggung, area bermain catur, gazebo, toilet, lampu taman, hingga kursi taman.
Kini, fasilitias itulah yang dijadikan tempat bersantai bagi masyarakat ketika datang ke Lapangan Puputan Badung. Tidak hanya untuk menikmati lingkungan hijau yang ada di sekitar, masyarakat juga dapat menyantap makanan yang dijual disana. Ramai pedagang tersebar di seluruh titik Lapangan Puputan Badung. Satu diantaranya adalah Nyoman Ngawit (59) yang menghabiskan waktunya dengan berdagang jajanan ringan, minuman botol, kopi, dan nasi setiap hari. Nyoman Ngawit biasanya akan datang dari pukul 08.00 WITA sampai pukul 21.00 WITA pada hari kerja. Sedangkan pada akhir pekan, Nyoman biasa pulang pukul 23.00 WITA. Wanita ini sudah berdagang di Puputan Badung sejak usia 24 tahun. Hari demi hari ia lalui disana. Sampai kini, Nyoman Ngawit telah menjadi saksi perubahan wujud Lapangan Puputan Badung yang dulu dan sekarang.
Perbedaan kondisi Lapangan Puputan Badung ketika duludan sekarang sangat dirasakan oleh Ngawit. Nyoman mengatakan jika dahulu apabila orang-orang berekreasi di Puputan Badung, setidaknya mereka akan membeli dagangan yang dijajakan oleh para pedagang disana. Namun saat ini, banyak masyarakat yang sudah membawa bekalnya sendiri. Jadi, pembeli tidak terlalu banyak yang melirik dagangan Nyoman. Selain itu, wanita berkacamata ini mengaku kalau saat ini barang dagangannya lebih banyak dibeli adalah minuman botol dan kopi saja. Terkadang Nyoman juga menjual nasi bungkus di pagi hari. Walaupun tidak mendapat hasil yang melimpah, tetapi Nyoman, wanita asal Bangli ini sangat bersyukur atas apa yang didapatkannya. “Walaupun sedikit, ya tidak apa-apa. Namanya juga berdagang. Yang penting sudah usaha," ungkap Nyoman.
Hal yang sama juga dirasakan oleh Marzuki (68). Pria asal Lombok ini sudah berdagang sejak ia merantau ke Bali pada tahun 1982. Awalnya, Marzuki menjual donat yang dihargai sebesar Rp100. Kemudian, seiring berjalannya waktu, Marzuki juga berdagang menu makanan yang lainnya. Saat ini, pria bertubuh kurus ini berjualan telur puyuh yang sudah direbus. Setiap hari pria ini akan berdagang di dua tempat, yaitu Lapangan Renon pada pagi hari dan Lapangan Puputan Badung pada sore hari.
Marzuki, pria yang memiliki 9 (sembilan) orang anak ini sudah menghabiskan waktunya selama 24 tahun berjualan keliling di area Lapangan Puputan Badung. Karena tekad dan semangatnya yang besar untuk berjualan, Marzuki berhasil menyekolahkan semua anak-anaknya. “Walaupun cuma begini, tapi saya bersyukur anak-anak saya semuanya bisa bersekolah dan tidak buta huruf,” ungkap marzuki ketika diwawancarai pada tanggal 6 Mei 2024. Hari-hari Marzuki lalui dengan berkeliling dan menawarkan telur puyuhnya pada orang-orang yang menghabiskan waktu disana. Dalam beberapa waktu terakhir, keuntungan yang diperolehnya tidak sebanyak dahulu. Marzuki tidak pernah mengeluh dan tetap bersemangat menjual barang dagangannya. Pundi-pundi rupiah yang didapatkan, Marzuki kumpulkan agar dapat membiayai dua anaknya yang masih bersekolah.
Marzuki, pria yang sudah berdagang selama 42 tahun, memulai pekerjaannya dengan kecil-kecilan. Jika dahulu, Marzuki akan berjualan keliling Denpasar dengan berjalan kaki. Kini, Marzuki juga sering berjualan di tempat - tempat yang sedang ramai, seperti pada Pesta Kesenian Bali (PKB), pantai, sampai Pura Besakih. Sejauh apapun jaraknya, selama apapun waktu yang dihabiskannya. Semangat Marzuki tidak akan padam. “Yang penting saya sudah berusaha, dan saya bangga karena dapat penghasilan dari hasil usaha sendiri,” tutur Marzuki.