“Panca Sradha, Bhakti ring Hyang Widhi,” sayup-sayup senandung gending janger terlontar dari bibir para penari, nampaknya budi luhur sedang digalakkan disini.
Potongan nyanyian itu ditatar oleh seniman muda dari SMP Negeri 2 Dawan. Jauh-jauh datang dari Klungkung, tak membikin semangat mereka terkungkung. “Dari jam 8 pagi, naik bis sama temen temen,” ujar A.A Sagung Ngurah Anvantari. Dengan 2 bis yang bertuliskan ‘Arjuna’ menjadi sarana yang membawa A.A Sagung Ngurah Anvantari dan kawan-kawan sampai di Taman Budaya, Art Center Denpasar. Gadis dengan tubuh sintal ini pun mengaku, untuk menyiapkan janger dengan tajuk ‘Si Godoga Mencari Cinta Sejati’ memerlukan waktu sebulan lebih lamanya. Tentunya, dalam sebuah kisah ada pesan yang ingin disampaikan, cinta sejati yang diharapkan Si Godoga menggambarkan bahwa meraih cinta yang sejati bukanlah perkara yang mudah. Dari nyanyian janger yang didendangkan, para seniman muda dari daerah serombotan ini pun mengharap agar masyarakat Bali senantiasa berpegang teguh dengan lima keyakinan yakni Panca Sradha sebagai sujud bhakti kepada Sang Hyang Widhi.
Selama berlatih bersama kawan-kawannya yang rata-rata kelas 7 dan 8, Gung Tari menuturkan kekompakan menjadi hal yang paling sulit untuk dilakukan. “Untuk menyesuaikan gerak dan nyanyian sama temen-temen menjadi kesulitan kami selama latihan,” ujar gadis kelas 7 SMP ini. Namun, kesulitan itu dipatahkan dengan penampilan mereka yang memukau. Dirinya pun berharap, agar ia dan kawan-kawan yang bernanung dalam komunitas seni Gunaraksa senantiasa tetap menari dan terus menari dengan sepenuh hati.
Menari dengan hati tak hanya diharapkan A.A Sagung Ngurah Anvantari, Ni Kadek Aryawati, S.Pd yang mengampu tugas sebagai pembina tari SMP Negeri 9 Denpasar turut berujar hal yang senada. “Mencari anak-anak yang memang menari dengan sepenuh hati memang menjadi kesulitan bagi kami,” keluhnya. Bagi Aryawati, jika seorang penari menari dengan hatinya taksu yang keluar akan berbeda. “Taksu yang dikeluarkan setiap penari berbeda, yang menari dengan sepenuh hati paling terlihat,” ujarnya. Aryawati pun menambahkan, menari dengan hati dapat menumbuhkan budi dalam diri penari itu sendiri. Sebab, jika penari menghayati setiap gerak tari, pasti mengandung sebuah makna yang erat kaitannya dengan pelajaran bertingkah laku di kehidupan. Sekolah yang dibinanya juga menampilkan janger yang diselipi drama yang sarat akan makna.
Janger tak selamanya bertujuan menghibur yang papa saja. Namun, yang lara hati dan budi diharapkan mengerti, bahwa janger yang dipersembahkan adalah sebuah pelajaran untuk mencari budi yang sejati dalam parahyangan. Sayang, hanya segelintir seniman yang paham akan hal ini. Jadi, berpegangan dan galakkan bersama pementasan yang ditampilkan dengan hati dan budi. (Tim MP)