Bali selalu sibuk. Hampir tak ada bulan santai bagi masyarakat Bali. Selalu terdengar riuh hari raya. Semuanya pasti akan merasakan gilirannya. Di mana, era terus berganti. Siap tidak siap, mau maupun tidak mau anak-anak generasi muda harus menjalankan tradisi budaya. Mereka perlahan-lahan harus mempelajari untuk menguasai bagaimana mestinya. Walau sulit, tapi inilah faktanya.
Perkembangan teknologi menjadi musuh tradisi maupun budaya. Akibatnya, banyak diantaranya enggan untuk mempelajari dan memahami hal-hal turun temurun. Bahkan terburuknya, mengenalnya saja tidak. Seperti halnya, banten-banten sehari hari.
Di sinilah, tantangannya. Antara mereka lestarikan atau justru punah? Namun, Bali adalah daerah kental budaya. Jadi, berbagai cara akan dilakukan untuk mempertahankan tradisi ini. Seperti halnya, membuat rangkaian perlombaan. SMA Negeri 3 Denpasar memperingati hari odalan pada purnama sasih kelima lalu. Di mana, menambah pengetahuan generasi muda melalui perlombaan pejati, daksina, lamak sampian dan lawar. Akankah cara ini berhasil? (wan/ais)