Lelah, raut wajah itu terukir jelas. Apalagi jalanan berbatu yang tak kunjung habis, membuat rasa kantuk kian menjadi. Namun, ketika semua terlelap sontak mereka terkesiap, "Astaga kenapa itu," teriak seseorang dalam suttle bus, Sabtu (13/01). Ada apa?
Pria berkulit putih itu tampak terkulai lemas ketika motor yang dikemudikannya oleng dan malahan berbalik menindihnya. Seketika rombongan tim ekspedisi Madyapadma dalam suttle bus langsung terkesiap, lalu berhamburan menghampiri pria yang bernama Gus Adi itu. "Gapapa nak, cuman luka dilutut aja," ungkapnya. Namun semburat wajahnya tak dapat berbohong. Rasa sakit telah menjalar di area kakinya itu. Bagi Gus Adi luka itu tak seberapa, meski darah kian bercucuran. Tetapi tidak dengan Pak Made (supir suttle bus) dan rombongan tim ekspedisi Madyapadma, mereka tampak panik melihat luka guru biologi itu berlapiskan darah. Akan tetapi, di tengah kondisi kesakitan, pemilik nama lengkap Agus Putu Adi Wyadnya Yoga itu, memilih tetap melanjutkan perjalanan dengan motor hitam miliknya. "Keselamatan kalian lebih penting, kalian naik dimobil biar bapak yang bawa motornya," kata alumni SMA Negeri 6 Denpasar itu kepada siswanya.
Keselamatan yang terpenting begitulah katanya. Perihal ini pula yang menjadi alasannya mengikuti ekspedisi kali ini, "Pertama karena saya ditugaskan dari sekolah dan perlu rasanya ada pendamping untuk anak-anak," ungkapnya. Namun, Gus Adi tak hanya menjadi pendamping saja, tetapi ia juga ikut terjun langsung; bergabung dalam tim peseda Madyapadma. "Saya suka kegiatan olahraga, salah satunya bersepeda," ujarnya. Genap 2 hari lulusan Undiksa ini telah bersepeda. Namun sayang, kondisi seakan tak sepihak dengannya, kini ia tak diperbolehkan mengayuh sepeda selama ekspedisi akibat luka siang tadi (13/01). Jelas perihal itu menyulut sedikit rasa kecewa dalam dirinya. "Ya mau gimana lagi gak bisa bersepeda juga, tapi gak masalah karena sudah ada tambahan guru lain yang mengawasi," tutur pria berperawakan tinggi ini. Tetapi, "Yang penting keselamatan kalian," tambahnya.
Di sisi lain, sebagai guru ia mengapresiasi adanya kegiatan ekspedisi, "Pastinya kalau murid hanya belajar dikelas saja pasti bosan, jadi perlu praktek nyata bukan sekadar teori saja seperti ekspedisi ini," ungkapnya. Bukan hanya sekadar teorika dalam buku begitulah harapannya, agar siswa kedepannya dapat belajar dari lingkungan sekitar, tak hanya buku saja. Sementara itu, Gus Adi berpesan kepada tim Madyapadma, "Semoga kedepan tidak ada lagi yang terluka, cukup bapak saja. Hati-hati dan semoga semua berjalan lancar," harapnya tulus. (non)