Pemerintah Provinsi Bali saat ini sedang serius merombak sistem pembelajaran yang digunakan di sekolah-sekolah. E-learning akhirnya dipilih untuk menggantikan sistem yang lama. Meskipun ada banyak kemudahan yang ditawarkan, namun terselip pula kekurangan di dalamnya.
Mulai awal tahun 2018, sistem pembelajaran berbasis elektronik atau lebih dikenal dengan e-learning akan diterapkan oleh seluruh sekolah di lingkungan pemerintah Provinsi Bali. Untuk sementara, pembelajaran berbasis elektronik tersebut baru akan diterapkan pada jenjang SMA dan juga SMK. Diterapkannya kebijakan ini adalah sebagai bentuk tindak lanjut atas instruksi Gubernur Bali untuk mengganti sistem pembelajaran di sekolah menjadi lebih modern. Ada banyak alasan mengapa pemerintah akhirnya menjatuhkan pilihan pada sistem pembelajaran yang satu ini. Salah satunya adalah banyaknya keuntungan yang bisa didapat, baik oleh guru maupun siswa itu sendiri. Tak sampai disana, konsumsi kertas juga dapat dikurangi. Mengingat sebagain besar proses pembelajaran dengan sistem ini dilakukan secara online.
Salah satu sekolah yang tengah bersiap menerapkan kebijakan baru tersebut adalah SMA Negeri 3 Denpasar. Ada banyak persiapan yang harus dilakukan sebelum akhir tahun 2017, salah satunya adalah mendaftarakan seluruh guru dalam laman RumahBelajar yang dikelola oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Dalam situs tersebut, seluruh bahan ajar baik materi maupun latihan soal sudah tersedia dengan lengkap. Guru hanya tinggal mengarahkan siswanya saja. Tak sampai disana, kesiapan tenaga pengajar dalam penggunaan teknologi juga menjadi fokus utama dari pihak sekolah. Pelatihan untuk guru tentang pembelajaran berbasis elektronik-pun sudah sering diadakan. Targetnya, semua guru sudah mengusai teknologi untuk mendukung proses pembelajaran secara e-learning. “Hasil untuk proses ini membutuhkan waktu. Yang penting mau dan berani mencoba”, ujar wakil kepala sekolah bidang kurikulum SMA Negeri 3 Denpasar, I Wayan Suana, S.Pd.
Dengan diterapkannya sistem pembelajaran secara e-learning, justru akan meningkatkan minat siswa untuk belajar. Ini disebabkan karena kegiatan belajar mengajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja. Selain meningkatkan minat belajar siswa, pembelajaran berbasis elektronik ini juga akan mengurangi penggunaan buku cetak. Hal tersebut secara tidak langsung akan berdampak terhadap kesehatan siswa itu sendiri. Setidaknya, siswa akan terhindar dari yang namanya penyakit tulang akibat terlalu sering membawa beban berat. Dengan penerapan metode modern ini, juga dapat membantu siswa dan guru untuk memahami lebih lanjut tentang teknologi, khususnya komputer. “Setidaknya siswa dan guru dapat mengikuti arus perkembangan zaman dan mampu beradaptasi dengan kemajuan IPTEK”, ungkap Cintya Sarasvati Sudana, salah satu siswa SMA Negeri 3 Denpasar.
Disisi lain, kurang meratanya perkembangan teknologi disetiap daerah menjadi batu penghalang bagi penerapan e-learning. Selain masalah koneksi internet, masyarakat yang kurang mampu dalam urusan finansialnya juga akan terkena imbas dari pemberlakukan sistem e-learning. Ini disebabkan karena proses pembelajarannya dilakukan online, maka mau tidak mau siswa harus membawa laptop ke sekolah. Hal inilah yang kemudian menjadi masalah bagi siswa dan juga orang tua yang kurang mampu. Selain itu, dengan diberlakukannya sistem e-learning, sekolah dipaksa untuk memperbaiki fasilitas wifi. “Mending fasilitas wifi diperbaiki dulu. Soalnya wifi kan memegang peranan penting dalam sistem ini”, ujar Pradiipta Devi Suastina yang juga merupakan siswa SMA Negeri 3 Denpasar.
Sepertinya, perlu banyak penyesuaian di sana-sini dalam penerapan sistem e-learning. Meskipun ada banyak kelebihan yang ditawarkan, namun terselip pula kelemahan di dalamnya. Perlu adanya persiapan yang matang dari berbagai pihak untuk mensukseskan penerapan sistem e-learning ini. Jangan sampai siswa, guru dan orang tua dibuat rugi akibat persiapan yang kurang baik tersebut. (amh)