"Bahasa yang benar dianggap aneh dan bahasa yang salah dianggap lazim," tegas singkat Prof Ngurah Gede Adi. Belakangan ini kosakata bahasa mulai tercemari dengan pengaruh-pengaruh globalisasi. Ada apakah ini?
Penggunaan kosakata baru dalam pergaulan remaja semakin merambat kemana-mana. Tak mengenal lingkungan, juga tak mengenal kepada siapa mereka berkomunikasi. Bukan tak mungkin ini efek dari globalisasi yang semakin mendunia seiring berjalannya waktu. Sejatinya kosakata yang mereka gunakan itu justru bertentangan dengan KBBI (Kamus Besar bahasa Indonesia-red) yang berlaku saat ini. Entah mengapa penggunaan kosakata seperti itu lebih terdengar lazim dibandingkan menggunakan kosakata yang telah tercantum di dalam KBBI.
Tak jarang banyak orang yang merasa canggung menggunakan kosakata yang sesuai dengan KBBI, sebab pastinya akan terdengar aneh di telinga remaja-remaja lainnya. Hal ini diakui I Made Dita Adiyanta (16), "Pertama kali aku ngomong sama mereka pakai bahasa yang biasa aku gunakan sepertinya terasa aneh di telinganya, jadi mau gak mau aku harus nurutin bahasa mereka, lagipula kan aku harus bisa beradaptasi dengan lingkungan baruku," tutur siswa baru SMAN 3 Denpasar, alumnus SMPN 2 Amlapura itu. Ia juga menambahkan sebenarnya aneh saja menggunakan kosakata seperti khe, kle, cih. "Aneh aja kalau harus pake kosakata khe, kle, cih gitu, apalagi di sekolahku dulu bahasanya lebih halus, gak kayak bahasa disini," lanjutnya sembari tersenyum.
Sesungguhnya penggunaan kosakata seperti itu tidak dianjurkan digunakan oleh para remaja saat ini, pasalnya hal ini dapat menyebabkan terkikisnya Bahasa Indonesia yang baik dan benar juga pembendaharaan kosakata bahasa pada remaja akan berkurang. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah kala ini guna menanggulangi masalah seperti ini misalnya saja dengan mengadakan sosialisasi mengenai penggunaan kosakata yang sesuai dengan KBBI. "Sebenarnya berbagai upaya telah ditempuh oleh pemerintah dalam menangani masalah ini, namun namanya saja sudah terlanjur membludak dan menjadi kebiasaan jadi ya, susah membrantasnya," ungkap Prof Ngurah Gede Adi selaku pengamat sastra saat diwawancarai siang (24/10). Ia menambahkan bahwa penggunaan kosakata yang benar sangat penting diterapkan oleh para remaja agar Bahasa Indonesia tidak terkikis dan hilang begitu saja.
Selain itu, para orang tua juga sependapat dengan hal ini, banyak dari mereka yang memprotes penggunaan kosakata remaja pada saat ini, pasalnya sebagian besar bahasa mereka menggunakan kosakata yang tidak tepat dan kadang pula berarti kasar. "Anak saya juga mulai menggunakan kosakata yang tidak benar bahkan kerap menggunakan kata kasar ketika berbicara dengan saya maupun saudara-saudaranya," jelas I Wayan Setiawan (45) dengan nada tegas. Disamping itu, I Wayan Setiawan berharap agar kedepannya penggunaan kosakata semacam itu dapat terus diminimalisir hingga tak digunakan lagi. "Semoga penggunaan kosakata seperti ini dapat diminimalisasi hingga semua remaja dapat menggunakan bahasa dengan kosakata sesuai KBBI, " tutupnya penuh harap. (mp)