Petang telah menjemput, namun beberapa pengunjung masih setia mengikuti rangkaian acara Denpasar Book Fair 2019. Kini Bedah buku hadir sebagai acara penutup pada Selasa (13/08)
Cahaya bulan sudah mulai menyinari gelapnya langit malam. Angin dingin berhembus dari luar namun tak menyurutkan semangat audiens untuk menikmati acara yang tersedia pada acara Denpasar Bookfair 2019. Selain stand – stand buku dan kuliner, pada acara pameran buku tahunan Kota Denpasar, Denpasar Book Fair 2019 yang berlangsung pada 12-14 Agustus 2019 ini menampilkan berbagai ragam acara seperti teleconference dengan anak Indonesia yang berada di Polandia dan warga negara berkebangsaan Jerman, Pelatihan Karikatur, dan berbagai ajang perlombaan dari tingkat sekolah menengah pertama hingga tingkat mahasiswa se- Provinsi Bali. Begitu banyaknya rangkaian kegiatan yang membuat aula SMP Negeri 4 Denpasar ini tak pernah sepi pengunjung. Layaknya musim yang selalu berubah silih berganti, begitu pula dengan pengunjung Denpasar Book Fair 2019 yang diadakan oleh Pemerintah Kota Denpasar dengan Komunitas Madyapadma
Lampu menyala menemani kegiatan Selasa malam. Lampu-lampu tersebut menyoroti disetiap sudut yang ada. Bedah buku menjadi santapan terakhir pada hari kedua pelaksanaan Denpasar Book Fair 2019. Setelah kegiatan perlombaan yang menguras tenaga dan pikiran, saatnya para pengunjung bertukar pikiran dengan para narasumber yang telah ahli dan memiliki banyak pengalaman di bidangnya. Dalam pameran buku tak lengkap rasanya tanpa membahas mengenai buku itu sendiri. Di tengah meredupnya eksistensi buku khususnya buku cetak, melalui pameran buku se- Kota Denpasar ini diharapkan dapat menumbuhkan minat baca masyarakat. Acara bedah buku kali ini memiliki pembedah yang ahli di bidang buku, seperti Wulan Saraswati dan salah satu anak dari Komunitas Madyapadma yaitu Bagus Perana.
“ Yang muda yang berkarya itu aku yang nulis sendiri dan udah masuk ke website Nyegara Gunung karena aku sudah lama sekali kerja sama,” tutur Ni Luh Putu Anjany Putri Suryaningsi selaku salah satu narasumber bedah buku. Yang akrab disapa Anjany ini juga menuturkan bahwa buku “Nyegara Gunung” juga merupakan karya Dwika dan Mutiara.Tulisan tersebut merupakan hasil liputan mereka ketika mengikuti Anugerah Jurnalisme Warga, kala itu timnya kedapatan liputan di daerah Karangasem. “Banyak banget hal yang bisa kita ambil waktu kita liputan di Karangasem selama beberapa hari itu, ada tentang krisis air, hingga menemukan tanaman gebang yang akhirnya kita jadikan bahan pelengkap komposisi penelitian yang mendapatkan Gold Medal di Thailand Inventors Day 2019 lalu,” papar gadis berkulit sawo matang ini.
Selain Anjany, penulis buku yang mengangkat tentang seorang perempuan dengan judul “Luh” turut hadir memberikan pengalamannya selama menulis buku. “Awalnya menulis karena sakit hati, kalau kalian dikhianati sama siapapun menulislah,” ujar Ketut Sugiartha selaku penulis buku. Dengan adanya acara Bedah Buku membawa pesan tersendiri bagi pria yang menuturkan pertama kali ia terjun kedalam dunia tulisan menulis cerita pendek. “Ketika mendapatkan kritikan, jangan mudah terpengaruh, tapi harus terus semangat untuk menulis, jangan pantang menyerah harus termotivasi ya,” pesannya. (sa/dyt/ade)